Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Pers Daerah, Oplah dan Upah yang Rendah

9 Februari 2020   16:20 Diperbarui: 9 Februari 2020   21:34 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja media di daerah. (sumber foto: Dokumentasi pribadi)

Bila tidak, status wartawannya hanya akan menjadi senjata untuk memenuhi kepentingan pribadi, bukannya mengutamakan hasil karya jurnalistik sebagai kontrol sosial untuk kebaikan bersama.

Terkait dengan kesejahteraan, belum ada keluhan yang disampaikan wartawan. Tidak ada wartawan yang melakukan unjuk rasa menuntut dinaikkan upah. Semuanya berjalan baik-baik saja. 

Saya juga lama bersama teman-teman wartawan ketika masih sebagai reporter radio, lebih 20 tahun. Juga tidak ada keluhan. Paling juga mereka ingin merubah nasib, berhenti jadi wartawan beralih sebagai politisi. 

Ada pula yang memilih jadi PNS. Ini artinya apa, mereka meninggalkan profesi lamanya sebagai jurnalis untuk mendapatkan kondisi lebih baik secara ekonomi. Demikian realita yang ada. 

Berbeda dengan saya, sebagai jurnalis yang PNS. Mungkin hanya kami yang bekerja di media milik pemerintah RRI dan TVRI satu-satunya jurnalis yang disumpah di atas kitab suci.

Ketika ingin pindah tidak lagi bekerja di media massa, tidak perlu tes lagi cukup pindah saja ke instansi pemerintah yang lain melalui prosedur yang sudah ditentukan. Seperti yang saya lakukan, bukan karena faktor ekonomi karena sama-sama instansi pemerintah dengan penggajian yang sudah jelas. 

Oplah dan iklan yang banyak bagi satu media dapat diukur tingkat kesejahteraan wartawan. Pers di daerah peluang sumber pendapatan untuk meraih masukan keuangan dari iklan sangat terbatas, oplah (media cetak) masih menjadi sumber penghasilan untuk pembelian satu per satu eksemplar oleh pelanggan.

Sasaran penghasilan lainnya yang cukup besar yakni menjalin kerja sama dengan Pemerintah Daerah. Kue APBD ini jumlahnya terbatas bagi media, sehingga harus bersaing dengan media massa yang lain. 

Ketika pindah tugas ke Pemda, saya sekitar 6 tahun di Humas tugasnya tidak jauh dari aktifitas melayani wartawan. Merasa sulitnya membagi dana yang sedikit untuk media massa yang banyak.

Pemda tetap menjadi lahan subur bagi media massa untuk mendapatkan inkam dari program kerja sama. Begitu pula dengan banyaknya oplah berlangganan, juga Pemda masih menjadi pasar bagi distributor surat kabar di Bangka ditengah pembaca yang mulai beralih ke media daring. 

Ketika peringatan Hari Pers Nasional dengan tradisi yang sudah berlangsung lama, dengan melakukan bakti sosial saya tidak melihat kesulitan ekonomi yang dihadapi wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun