Dalang itu tidak ubahnya seorang guru, seorang pedakwah, ataupun penceramah.
Dari dirinyalah diharapkan banyak nilai dan norma adi luhung ajaran para leluhur dapat diajarkan pada masyarakat.
Pada sisi lain pertunjukkan wayang itu sesungguhnya adalah pertunjukkan yang keren juga.
Seorang Dalang menjadi sentral pertujukkan yang berfungsi sebagai pembawa cerita.
Dia harus mampu menjadi penembang, memainkan wayang, juga pengisi suara yang sesuai karakter wayang.
Dari diskripsi itu dapat dibayangkan betapa hebatnya figur dalang, multi skill harus dia miliki dan dia peragakan di depan publik.
Karena itu tentu dalang merupakan sebuah profesi, bukan sekedar pekerjaan atau tempat untuk mencari makan semata.
Dalam setiap profesi di sana ada unsur pengabdian, amanah, tuntutan, martabat, dan tentu saja juga penghasilan.
Untuk bisa menjadi Dalang yang baik bukan sembarangan, membutuhkan proses dan latihan yang panjang.
Pada sisi lain, seorang Dalang ternyata juga haruslah seorang manajer.
Sebab dalam pertunjukan bukan hanya dalang dan wayang yang harus hadir.
Di situ juga banyak pemain orkestra gamelan dan koor (choir) ibu-ibu pesinden yang melantunkan tembang-tembang.
Semua harus berpadu dalam sebuah kemasan yang harmonis, suatu kesatuan dari berbagai unsur.
Yang harus sinergis sehingga menjadi sajian yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Maka di situlah letak manajernya seorang Dalang.***