Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rusman: Wayang, Patih Suwanda Gugur

22 Desember 2018   22:32 Diperbarui: 28 Februari 2019   11:06 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata ia masih setia menunggu kakang Sumantrinya untuk bersama-sama melangkah ke kasedan jati setelah dulu tanpa sengaja panah kakangnya telah mengantarnya pergi untuk selamanya.

"Ak..hu tu..ngghu ya akang, kita becok cama-cama khe.. swargha lho'gha ya akang," pesannya sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Sekarang demi melihat pertempuran tersebut arwah sang adik berpikir inilah saat yang paling tepat untuk berbuat agar bisa bersama-sama dengan arwah kakaknya. 

Maka dengan cepat arwah Sukasrana menyatu ke dalam taring Rahwana.

Di lain pihak kini Patih Suwanda telah bertekad hendak mencincang habis kepala Rahwana agar tidak bisa hidup kembali.

Karena itu tatkala kepala Rahwana lepas dari lehernya terbabat senjata cakra, tangan patih Maespati itu segera memungut kepala Rahwana.

Namun sekali lagi semua takdir berada di Tangan Illahi. Begitulah saat itu rambut kepala Rahwana sudah berhasil dijinjing oleh tangan Patih Siwanda. 

Tiba-tiba arwah Sukasrana bergerak trenginas mendekatkan tubuh Rahwana. 

Maka berlakulah daya kesaktian aji Roworontek dalam tubuh Rohwsna. Dan Rahwana hidup kembali tanpa diduga oleh Patih Suwanda. 

Begitu kepalanya menggeliat dan membuka mata, tangan Rahwana langsung mengangkat tubuh Patih Suwanda dan menggigit lehernya hingga putus. 

Saat itulah Patih Suwanda gugur sebagai satria  pengawak kusuma.***

Penulis adalah praktisi  pendidikan. Tinggal di Tuban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun