Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rusman: Wayang, Wajah Pucat Pandudewanata (1)

15 Oktober 2018   01:33 Diperbarui: 28 Februari 2019   17:55 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: RUS RUSMAN.

Priya bertubuh langsing semampai itu bernama Sri Pandudewanata atau Prabu Gandawakstra

Maharaja keraton Astina yang kedigdayaannya bagaikan nggayuh angkasa

Konon Raja Dewapun sangat menghormatinya, karena berhutang pada kesaktian sang Raja

Di tangannyalah negeri Astina menjadi kuat dan terkenal, ditakuti oleh lawan dan disegani kawan

Tapi di malam bulan temaram itu, Pandu yang perkasa tampak menangis di peraduannya

Duduk tertelungkup di pembaringan dengan lunglai, bergerimis keringat dengan rambut terurai

Sebentar-sebentar mendesah, menyesali sikap istrinya yang menolak saat ia sedang berhasrat

Dan air kesucian sang raja itupun lantas tumpah tak terarah, membasahi kain sutra berenda dan bersulam emas

Adalah telah sekian tahun lamanya raja ini dihantui keraguan besar, benarkah mereka putraku?

Puntodewa, Bima, Arjuna, oh .. kurangajar sekali kau kunthi. Ternyata benar apa yang dikatakan Hario Suman !

Anak si kusir itupun adalah bagian darimu, hemm.. inikah keluarga yang katanya disayangi dewa itu?

Batara Darmo, Bayu, Indra.., mereka adalah deretan nama yang telah berani mengkerdilkan kelelakianku

Ooo.. dewa, mengapa aku yang harus kalian korbankan untuk menanggung buramnya mantra adityahredaya resi Druwasa?

Memang aku akui, dulu aku terkena kutukan bapa brahmana, tapi itu kisah teramat lama yang telah termakan zaman

Kau cuma mengada-ada Kunthi.. kau hanya beralasan untuk bisa menikmati lagi libido syahwatmu

Sialnya nasibku, setelah kubuat negeri ini tentram dan damai, justru kamarku sendiri yang keterjang bencana

"Huaah!" Tiba-tiba lelaki pucat itu berteriak dan bangkit, kakinya melayang keluar bagaikan tak menyentuh  lantai dan dinding

Kunthi yang masih telanjang itupun kaget, sedikit ragu ia berteriak: "Kanda prabu.. agemanmu..!"

"Diam kau wanita jalang, pergi dariku.. pergi, pergiiii ..!" Dan teriakan itupun menggema ke seluruh negeri.*** (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun