Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran di SD, Beda Status tapi Sama Rasa

4 Agustus 2021   05:55 Diperbarui: 4 Agustus 2022   17:22 11081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Guru SD| Sumber: Dokumentasi Tanoto Foundation/SASHA via Kompas.com

"Pak, tahun ini kami bakal belajar dengan Ibu Novi terus ya, Pak?"

"Lha, ya iya. Bu Novi kan adalah guru kelas. Beliau adalah wali kelas kalian."

Hehehe. Kemarin aku punya kisah yang cukup menarik. Sesaat setelah memasuki ruangan kelas VI SD untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, tiba-tiba saja seorang siswa menanyakan hal yang tak biasa.

Entah mau bertanya, atau malah mengeluh, siswa laki-laki ini mulai merasa aneh gara-gara yang sering masuk ke kelasnya tahun ini adalah Bu Guru Novi. Padahal ya wajar saja, sih, soalnya rekan mengajarku ini merupakan guru yang ditugaskan menjadi wali kelas VI.

Hanya saja, dalam kurun 1 semester terakhir, kami sempat kekurangan wali kelas V karena guru tersebut sedang cuti. Alhasil, setiap hari sekolah, bergantianlah antara aku, rekan guru Penjasorkes, dan guru kelas I demi mengajar siswa kelas V.

Hal inilah yang disinyalir menjadi biang dari munculnya pertanyaan tersebut, bahwa siswa kelas V SD kami seraya kembali ke era 2000-an di mana pembelajaran Tematik belum lahir.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, dulu status guru kelas yang bertanggung jawab mengajar 24 jam di satu jenjang kelas itu belum ada. Yang ada hanya wali kelas, dan peran maupun fungsinya pun relatif sama dengan wali kelas tingkat SMP maupun SMA.

Soalnya dulu guru pembelajaran di SD belum dirangkum menjadi satu tema. Masih ada guru mata pelajaran IPA, IPS, Matematika, PPKN, hingga beberapa mata pelajaran lainnya. Alhasil, dalam satu minggu siswa di jenjang kelas tertentu bisa belajar dengan 5-8 guru yang berbeda.

Sedangkan sekarang, kisahnya jadi cukup berbeda semenjak ada Pembelajaran Tematik.

Mata pelajaran yang sebelumnya dipisah seperti PPKN, IPA, IPS, Matematika, hingga Seni Budaya sekarang telah digabung menjadi satu tema dan sosok pengajarnya adalah guru kelas.

Cuma ada mata pelajaran Pendidikan Agama, Penjasorkes, dan Muatan lokal yang terpisah dari Pembelajaran Tematik. Dengan begitu, gurunya pun berbeda.

Walau begitu kisahnya, lagi-lagi pembelajaran di SD itu boleh kita katakan krusial sekaligus spesial. Mengapa kukatakan demikian?

Di luar sana, masih sering terdengar orang-orang yang berkoar bahwa mengajar SD itu gampang bin mudah. Ya, sekitaran calingsung semata, kan. Semuanya serba dasar alias materi ajar pokok yang menjadi fondasi keilmuan.

Tapi kenyataannya? Tidak segampang dan semanis ucapan bibir, Mas, Mbak, Bapak, dan Ibu.

Tugas dan tanggung jawab guru di sekolah SD sunggulah krusial. Mereka serasa dituntut untuk menerbitkan lulusan SD yang mantap dalam berliterasi (baca, tulis, hitung) serta berkarakter Pancasila.

Padahal ketika siswa baru saja mendaftar ke SD? Tidak sedikit dari mereka yang belum pandai baca, belum bisa menulis apalagi berhitung.

Sedihnya lagi, ada pula orang tua yang menyerahkan tugas mengajar dan mendidik sepenuhnya kepada sekolah. Hemm. Tanpa bimbingan dan pendampingan, anak SD bisa apa?

Dan yang spesialnya, tugas, fungsi, beban bahkan tanggung jawab guru SD itu relatif sama antara guru kelas (dulu wali kelas) maupun guru mata pelajaran. Alhasil, secara tidak langsung guru mata pelajaran juga dituntut memiliki kompetensi yang berimbang dengan guru kelas.

Seperti contoh, guru-guru di SD Islam terbaik di Duren Sawit Jakarta Timur, yaitu SDIT Ar-Rahmah Jakarta yang tetap konsisten membangun generasi shaleh, kreatif, mandiri, serta mendidik dengan kasih sayang sesuai perkembangan zaman dan keilmuan.

Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran, Beda Status tapi Sama Rasa

Jikalau dulu beban literasi calistung, adab, dan karakter utamanya menjadi beban bagi wali kelas SD, sekarang sudah bukan zamannya lagi.

Antara guru kelas dan guru mata pelajaran keduanya punya tujuan, rasa, dan peran penting yang sama.

Lha, kalau sandarannya visi misi sekolah ya otomatis sama dong tujuan dan peran guru? Benar. Tapi itu adalah tinjauan umum, sedangkan secara detail sebenarnya peran guru kelas lebih gemuk.

Kita bandingkan saja, di era Pembelajaran Tematik guru kelas mengajar di 1 rombel dengan beban 24 jam. Beda dengan guru mata pelajaran. Walaupun sama-sama mengajar 24 jam, guru mapel bakal mengajar 6 rombel yang mana masing-masing rombel bernilai beban 4 jam.

Hanya saja, pada pelaksanaannya, guru mata pelajaran di SD sekarang tidak bisa hanya terlalu fokus dengan mapel yang diampunya.

Dalam momentum tertentu seperti kegiatan apersepsi atau ice breaking, guru mapel juga perlu menyelipkan pembelajaran membaca, menghitung, memaknai hingga menganalisa (konkret).

Sebelum merengkuh kesimpulan, mari kita cermati tugas dan tanggung jawab guru SD yang sudah kurangkum dalam infografis berikut:

Tugas dan tanggung jawab yang menjadikan guru SD sama rasa. Dok. Ozy V. Alandika
Tugas dan tanggung jawab yang menjadikan guru SD sama rasa. Dok. Ozy V. Alandika

Setelah kita amati bersama, rasa-rasanya tanggung jawab, beban, tugas, peran, hingga fungsi guru SD itu cenderung sama saja, kan? Nyaris tidak ada spesifikasi ke bidang alias mata pelajaran tertentu.

Itulah mengapa kukatakan bahwa guru SD itu spesial. Entah itu guru kelas maupun guru mata pelajaran, kedua status ini sekilas berbeda namun punya satu rasa.

Tambah lagi dengan adanya Pembelajaran Tematik, siswa tidak lagi bertanya pelajaran PKn hanya kepada guru PKN, tidak lagi bertanya tentang materi Matematika hanya kepada guru kelas melainkan juga semua guru yang sempat ia temui di sekolah.

Ending-nya, bukankah secara tidak langsung guru SD dituntut untuk bisa semua?

Pada akhirnya, situasi dan kondisi di SD seakan-akan menuntut guru untuk memiliki pengetahuan yang luas. Tidak lagi terbatas hanya kepada mata pelajaran tertentu maupun status guru yang mengajar di jenjang kelas tertentu. Apa pun statusnya, guru SD itu sama rasa.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun