Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Seorang Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Dampak Bertani Bawang dan Palawija di Tengah Darurat Kerusakan Lingkungan

20 April 2024   00:37 Diperbarui: 26 April 2024   01:09 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ladang bawang yang terlihat dari pinggir jalan poros Toraja-Enrekang. Sumber: dok. pribadi

Air hujan sudah tak mampu tertahan dalam tanah sehingga ketika hujan lebat tiba, langsung membuat parit kecil memotong sana-sini. Selain hantaman air dari bukit, luapan air sungai Mataallo yang mana menjasi sumber utama air untuk lahan pertanian bawang turut menghancurkan sejumlah kebun bawang merah yang ada di sekitar bantaran sungai. 

Kerusakan kedua adalah polusi air, tanah dan udara. Pemakaian pestisida dan herbisida secara masif dan terus-menerus membuat kualitas air tanah memburuk karena hampir semua permukaan tanah telah mendapat siraman pestisida dan herbisida. 

Pola penyemprotan tradisional yang masih dipertahankan rentan merusak kualitas udara di sekitarnya. Semburan air bercampur racun bisa dihembus angin dan terhirup oleh warga.

Demikian halnya dengan kualitas udara. Bau menyengat efek pestisida sering tercium di sepanjang jalan ketika melewati kebun bawang dan kol. Tanah pun menjadi labil oleh karena siraman herbisida terus-menerus. 

Kualitas air untuk konsumsi rumah tangga ikut terimbas. Sumur-sumur warga sudah pasti terkontaminai pestisida dan herbisida. Memang sudah tersedia air kemasan dalam galon yang menjadi pengganti sumur. 

Dampak besar kerusakan lingkungan adalah mulai labilnya tanah yang ada di sekitar lahan pertanian, khususnya yang berupa tanah miring dan tebing. Ancaman tanah longsor sudah ada di depan mata. Jejak-jejak longsor kecil sudah mulai terjadi. Jika tak diantisipasi sejak dini, ancaman banjir bandang dan longsor bisa terjadi dengan lebih besar lagi, khususnya di sekitar wilayah Kabupaten Enrekang. 

Pergerakan tanah pernah membuat jalan amblas di poros kota Enrekang menuju Sidrap tahun lalu. Dampak penyemprotan lahan menggunakan herbisida membuat tanah rapih dan mudah longsor. Ini pula yang membuat jalan di sekitar kampung Kulinjang sudah tidak tenteram lagi hingga hari ini. 

Sehingga tidak mengherankan pula jika Tana Toraja menjadi daerah dengan perolehan dampak terburuk terbesar dari pembukaan lahan tanam palawija dan bawang pada tahun 2024.

Menanam komoditi yang berpotensi menghasilkan rupiah sangat menjanjikan. Akan tetapi perlu kewaspadaan terhadap kelestarian lingkungan. Perlu ada keseimbangan antara menanam rupiah dengan ketahanan lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun