Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ada (Banyak) Cinta di Meja Makan

26 Mei 2018   13:06 Diperbarui: 26 Mei 2018   13:28 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Butuh jam terbang agar terampil memilih bahan makanan yang akan diolah. Foto milik pribadi.

Beberapa tahun lalu, saat kondisi ibu tidak baik sehingga beliau harus opname di rumah sakit berkali-kali selama Ramadan, terasa betul bahwa kehadiran beliau di tengah keluarga sangat sangat.... SANGAT dibutuhkan.

Tidak dapat memakan masakan beliau seperti biasanya saja sudah jadi "tantangan" tersendiri. Selama berhari-hari, kami harus membeli lauk masak untuk persiapan sahur. Jika sudah death style alias mati gaya, kami bahkan "mencukupkan" diri dengan hanya memakan mie instan. Peduli amat dengan gizi. Bisa makan aja sudah syukur. Karena, di kondisi seperti itu apa-apa jadi gak nafsu apalagi saat membayangkan si saat yang bersamaan ibu tengah berbaring di ranjang rumah sakit.

Mau lauknya seenak ini, kalau makan sendirian mana enak. Foto milik pribadi.
Mau lauknya seenak ini, kalau makan sendirian mana enak. Foto milik pribadi.
Ibu saya tidak setiap hari masak kok. Ya, adalah saat-saat lagi capek atau bosan sehingga memutuskan untuk membeli saja lauk di rumah makan. Namun, dengan adanya kehadiran beliau, semua terasa nikmat. Walaupun sesungguhnya, senikmat-nikmatnya makanan di luar, tetap nikmat masakan ibu sendiri. Kenapa? Soalnya ada cinta di sana. Cieh.

Makanya, di momen Ramadan seperti sekarang, saya sangat berusaha untuk dapat selalu sahur dan berbuka puasa di rumah. Karena ya itu tadi, ada effort besar yang sudah dilakukan oleh ibu. Hal-hal semacam ini pula yang bikin saya keukeuh untuk menolak semua ajakan berbuka puasa di luar rumah.

Walaupun, yeah, itu bukan tanpa risiko. Jika dicap agak sombong sama teman karena menolak buka puasa sekaligus reunian, saya gak peduli. Risiko terbesar saya ialah... jarum timbangan yang terus bergeser ke kanan hehehe.

Menu Sahur Favorit Keluarga

Mengenai jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi saat sahur, sudah saya jelaskan di tulisan sebelumnya. Di luar sana, ada puluhan atau bahkan ratusan artikel yang membahas tentang makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi atau dihindari saat sahur.

Itu teorinya, namun pada praktiknya, apapun yang dihidangkan oleh ibu saya saat sahur, itulah yang menjadi bekal kami untuk beraktivitas seharian penuh saat berpuasa. Sesekali ibu masih suka kok masak mie instan. Namun, hanya sebagai pelengkap saja. Makanan utama pasti SELALU dipersiapkan. "Mienya buat nambahin nafsu makan, aja," begitu dalih beliau.

Makan sayur saat sahur emang butuh perjuangan hehe, tapi oke banget buat tubuh. Foto milik pribadi.
Makan sayur saat sahur emang butuh perjuangan hehe, tapi oke banget buat tubuh. Foto milik pribadi.
Wajib tersedia saat sahur! :) Foto milik pribadi.
Wajib tersedia saat sahur! :) Foto milik pribadi.
Nah, sebagai orang (berdarah) Palembang garis keras hahaha, saya sangat bersyukur ibu selalu menghidangkan pempek di saat sahur. Jika di keluarga lain pempek dihidangkan saat berbuka, di keluarga kami 98% dimakan saat sahur. Dari 30 hari Ramadan, paling hanya 1 atau 2 hari yang tidak ada. Itupun biasanya karena kehabisan stok (karena pasca tarawih anaknya ngegoreng pempek LAGI hwhwhw) walaupun ibu selalu senantiasa nyetok pempek di rumah.

Intinya, di keluarga kami, selagi bisa makan dan kumpul bersama, Insyaallah apapun hidangannya akan menjadi berkah. Amin.

Kompal : Kompasianer Palembang
Kompal : Kompasianer Palembang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun