Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Ayah, Kelekatan, dan Mengantar Anak ke Sekolah

25 April 2024   11:25 Diperbarui: 25 April 2024   15:43 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- ayah antar anak ke sekolah. (Freepik)

Macetnya perkembangan emosional, sosial dan seksualitas anak dapat terjadi akibat absennya ayah di kehidupan si kecil.

Studi dari Ramadanti menemukan kualitas kelekatan ayah berbanding lurus dengan kecerdasan emosional anak. Artinya, semakin tinggi kualitas kelekatan ayah, semakin tinggi pula kecerdasan emosional anak. Begitu pula sebaliknya.

Hal yang sama juga berdampak pada perkembangan seksualitas. Kehilangan sosok ayah pada masa kecil dapat berakibat pada kegamangan peran sebagai suami dan ayah untuk anak lelaki. 

Ada kebingungan untuk bersikap, baik sebagai lelaki ataupun dalam menghadapi perempuan. Tak jarang hal ini mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga, ataupun ketidakmampuan menjadi imam di kehidupan berkeluarga.

Begitupun bagi anak perempuan. Pencarian sosok lelaki ideal menjadi jalan terjal saat si putri kecil tidak menemukan itu di rumahnya. Alhasil pencarian itu akan dialihkan di tempat lain dengan kerentanan besar akan jebakan rayuan manis pria tak bertanggung jawab. Tak ada contoh lelaki ideal yang bisa ia jadikan anutan.

Celakanya, Indonesia telah dikenal sebagai fatherless coutry nomor tiga di dunia. Absennya figur bapak seolah lumrah saja di negeri ini. Entah itu tidak hadir secara fisik, atapun secara psikis.

Runtuhnya moral di kalangan remaja di masa ini, maraknya kasus kekerasan rumah tangga, dan penyimpangan-penyimpangan seksual yang seolah dinormalisasi belakangan ini, dapat dianggap sebagai beberapa contoh dari dampak raibnya sosok ayah.

Mengantar Anak: Waktu Spesial

Waktu yang dihabiskan untuk mengantar anak memang tak lama. Mungkin hanya sekitar 10 atau 20 menit. Bergantung jarak tempuh dari rumah ke sekolah. Juga bergantung cuaca. Kalau hujan biasanya lebih lama, hehe.

Namun waktu demikian, apabila dilakukan setiap hari, akan menjadi momen berharga dan bermakna. Berdua saja di jalan (atau bertiga, berempat, tergantung anaknya berapa), menjadi saat-saat emas untuk membangun sisi emosional. Mengasah rasa.

Ayah bisa mengajak anak mengobrol tentang rencana aktivitasnya di sekolah hari ini, tentang teman-teman kelas, bisa juga mengenai pelajarannya. Bukankah juga penting bagi ayah untuk tahu kehidupan sekolah si anak? Karena selama lebih kurang 9 jam anak berada terpisah dari orangtua. Aktivitas ini juga bisa dimahfum sebagai bentuk kontrol dan kepedulian.

Percayalah, anak biasanya akan semangat sekali bercerita tentang sekolahnya. Tentang guru-guru, tentang temannya yang aneka rupa tingkahnya, atau tentang kebanggaan dan kesulitannya di kelas. Tugas kita hanya mendengarkan, menimpali dan memperhatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun