Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Penghulu KUA Ketika Tidak Lockdown Corona

17 Maret 2020   17:51 Diperbarui: 2 Oktober 2020   14:10 4915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penghulu saat menghadiri dan memandu acara akad nikah | Foto: Dokumentasi Pribadi

Dua Realitas Pola Pikir Merespons Virus Corona
Pertama, adalah selesai dan sebenarnya tidak ada masalah jika menganut pola pikir, bahwa pandemi virus corona adalah ketentuan Tuhan.

Apalagi ada yang menyebut virus corona sebagai "tentara Tuhan" yang tengah dikirim ke bumi. Pasrah. Makanya, untuk apa harus cemas, dan panik. Soal musibah, sakit, dan kematian adalah ketentuan Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki, maka terjadilah.

Buat apa susah-susah ikhtiar dan usaha menghindarinya. Semua yang terjadi atas ketentuan Tuhan. Maka, sudah selesai, sampai di situ. Titik.

Kedua, berbeda dengan pola pikir yang pertama. Benar bahwa virus corona adalah ketentuan Tuhan. Tidak bisa dimungkiri. Karena itu adalah ranah teologi.

Tetapi jika dikembangkan lebih lanjut dengan mengikuti kisah Umar bin Khattab, misalnya, saat hendak berkunjung ke Syam (Suriah) yang terpapar penyebaran wabah penyakit menular, kemudian ia mengambil keputusan mengurungkan kunjungannya dalam upaya dan ikhtiar menghindarinya, maka realitas pola pikir seperti ini menjadi lain. Lebih cenderung dinamis.

Pernyataan populer Umar bin Khattab saat itu adalah, "Aku menghindar dari satu takdir (ketentuan Tuhan), dan berpindah ke takdir (ketentuan Tuhan) yang lain."

Artinya, manusia itu memiliki potensi akal untuk berpikir, dan kemampuan untuk melakukan ikhtiar dan usaha menghindari pandemi virus corona. Tidak cenderung berpikir fatalistik.

Itulah yang dilakukan oleh hampir semua negara di dunia yang positif terpapar virus corona. Ada yang lockdown, dan ada juga yang tidak. Atau paling tidak, semi lockdown.

Jadi langkah yang terakhir itu, anti lockdown, seperti kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia, sebenarnya tanggung, walaupun tetap sangat penting. Tapi yang jelas masih menyisakan kegamangan, dan menambah kecemasan warga. 

Karena langkah-langkah yang dilakukan itu sebatas mengganggap virus corona sebagai pandemi global, darurat nasional virus corona, dan kejadian luar biasa (KLB).

Belum sampai pada lockdown. Tentu atas dasar berbagai faktor dan pertimbangan. Faktor ekonomi, paling tidak, adalah faktor utama ketidaksiapan melakukan lockdown. Ini yang sedang dilakukan di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun