Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bonus Demografi dalam Pemahaman Sederhana Keluarga Kurma

30 November 2020   06:29 Diperbarui: 18 Juni 2022   15:48 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonus Demografi dalam Pandangan Sederhana Keluarga Kurma (sumber: maucash.id)

Ada yang tahu kapan Indonesia akan mencapai puncak kejayaan? Jawabannya adalah tahun 2030. Ini bukanlah prediksi ala paranormal, tapi merupakan kenyataan aktual.

Istilah Bonus Demografi sudah sering didengarkan, namun mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa ini adalah jalan bagi Indonesia menuju era keemasan. Puncaknya akan terjadi pada tahun 2030, dan sudah memiliki istilahnya, yaitu Jendela Peluang (Window of Opportunity).

Apa itu Bonus Demografi?

Dikutip dari wikipedia, istilah ini merujuk kepada fenomena perubahan rasio jumlah penduduk produktif (15-64 tahun), terhadap usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Nah, perbandingan ini disebut sebagai Rasio Ketergantungan.

Terciptanya jendela peluang ini tidak terlepas dari kebijakan Keluarga Berencana (KB) pemerintah pada tahun 1970-an. Keberhasilan KB ini berhasil menurunkan jumlah kelahiran dan sekaligus penurunan angka kematian melalui peningkatan kualitas kesehatan.

Selain itu, walaupun tahun 1998-1999 jumlah kelahiran menurun akibat krisis ekonomi dan kerusuhan sosial, namun era tahun 2000-2005 jumlah kelahiran meningkat tajam karena banyaknya permintaan terhadap bayi milenial.

Bonus Demografi dipandang sebagai sebuah keuntungan tak terelakkan. Peningkatan jumlah penduduk pada usia produktif adalah sebuah keunggulan, meskipun jumlah penduduk total juga meningkat secara tajam.

Untuk memahami hal ini secara sederhana, mari kita mulai dari skenario keluarga Kurma

Keluarga Kurma memiliki 6 orang dalam satu rumah. Bapak Kurma bekerja sebagai PNS, Ibu Kurma membuka warung di rumah, Putra Kurma baru tamat kuliah mendapat pekerjaan di perusahaan swasta.

Selain itu di dalam rumah, ada juga Nenek Kurma yang sudah berusia 70 tahun, Putri Kurma yang masih duduk di bangku SMA dan Anak Kurma yang masih SMP.

Nah, dari skenario Keluarga Kurma, tiga orang yang berpenghasilan menanggung beban ketergantungan terhadap 6 orang. Proporsi orang yang produktif adalah 3/6= 50% dan Rasio ketergantungannya juga sebesar 3/6 = 50%. Tantangan bagi Keluarga Kurma adalah memastikan jumlah anggota keluarga yang produktif harus lebih besar dari yang tidak bekerja.

Jika hal ini terjadi, maka mereka akan sejalan dengan bonus demografi Indonesia yang menceritakan bahwa usia produktif yang berpotensi untuk mencari uang di tahun 2030 adalah sebesar 68,1% dengan Rasio Ketergantungan sebesar 46,9% dari perkiraan penduduk sebesar 297 juta jiwa.

Bonus Demografi dalam Urusan Negara

Presiden Joko Widodo dalam pidato awal pelantikan presiden di Gedung DPR/MPR, Jakarta, tanggal 20/10.2019 mengatakan;

"Bonus demografi adalah tantangan sekaligus kesempatan besar. Bagaimana cara kita menghadapi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan lapangan kerja,"

Hal ini memang menjadi tantangan utama bagi pemerintah dalam menghadapi masa keemasan ini. Salah satu hal yang paling konkret yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah pembangunan infrastruktur.

Selain itu, masih ada beberapa hal lagi yang harus dilakukan, seperti memaksimalkan pertimbuhan ekonomi, menciptakan situasi keamanan kondusif, menyederhanakan birokrasi, menyiapkan SDM berkualitas, melahirkan iklim investasi yang baik, dan lain sebagainya.

Bonus Demografi dalam Pemahaman Keluarga Kurma

Akan tetapi kenyataan bisa saja tidak sesederhana yang dilukiskan. Keluarga Kurma masih memiliki beberapa Pekerjaan Rumah yang harus dipersiapkan untuk menyambut masa keemasan Indonesia.

Kekuatan terbesar tentunya berasal dari inisiatif Keluarga Kurma yang mewakili puluhan juta keluarga di Indonesia. Beberapa hal yang dilakukan oleh Keluarga Kurma bisa menjadi contoh bagi kita semua.

Mempersiapkan SDM yang Siap Tarung

Ayah dan Ibu Kurma sudah memastikan bahwa semua anaknya harus memiliki pendidikan yang layak. Semuanya telah dilakukan sejak dini, bahkan sejak Putra, Putri, dan Anak Kurma masih berada dalam kandungan ibunya.

Dalam perkembangan teknologi yang semakin kompetitif, dunia telah berada pada era tanpa batas. Anak-anak Kurma sadar bahwa mereka tidak saja hanya bersaing dengan teman-teman sekolahnya, namun juga dengan berbagai manusia dari penjuru dunia.

Keluarga Kurma telah menyadari bahwa pendidikan adalah merupakan hal yang penting bagi masa depan. Mereka telah memiliki komitmen dalam keluarga untuk menjadi generasi Kurma yang sehat, cerdas, berkarakter, berdaya saing, dan produktif. 

Menjaga Kesehatan Prima

Ayah Kurma adalah orang yang sangat memerhatikan kesehatan. Baginya, meskipun sudah memiliki pendidikan yang baik, namun jika sakit-sakitan, sama saja dengan tidak produktif.

Ayah pernah membaca sebuah riset dari Kementerian Kesehatan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti stroke, jantung, diabetes, yang biasanya dialami oleh penduduk lanjut usia, kini sudah semakin banyak ditemukan pada usia produktif. Hal ini tentu berbahaya, mengingat beban penyakit akan berpengaruh pada hilangnya produktivitas penduduk usia kerja.

Penyebabnya adalah gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan, kebiasaan begadang, dan merokok. Bagi Ayah, pendekatan pola hidup sehat adalah bagian dari pendidikan keluarga.

Dirinya sebagai seorang ayah tidak pernah melarang pergaulan anak-anaknya, namun di sisi lain, ia juga memberikan contoh hidup sehat melalui kesehariannya. Ayah tidak merokok dan selalu memuji masakan Nenek dan Ibu. Mereka mampu menciptakan suasana makan malam yang bersih dan ceria, sehingga anak-anak selalu merindukan rumah, di manapun mereka berada.

Menjaga Kesehatan Jiwa

Ibu Kurma menyadari, bahwa perannya sebagai seorang ibu adalah untuk memastikan terciptanya suasana nyaman dalam keluarga. Ia selalu hadir sebagai seseorang yang senantiasa mengayomi.

Dalam kesederhanaan, Ibu selalu bersikap adil. Ia selalu menghormati Ayah sebagai kepala keluarga, mencintai Nenek yang sudah rimpuh, dan menyayangi anak-anaknya dengan penuh perhatian.

Ibu memahami bahwa dunia telah banyak mengalami perubahan. Pola asuh yang ia dapatkan dari kedua orangtuanya, sudah tidak lagi relevan dengan akses internet tanpa batas. Ancaman hilangnya moralitas melalui pergaulan bebas telah dapat Ibu antisipasi dengan menjadi perekat bagi keluarga. Ibu tidak mau anak-anaknya hancur akibat depresi karena kehilangan kasih sayang dari keluarga.

Bonus Demografis Pertama dan Kedua

Jika semua rencana berjalan dengan baik, Insyallah, Ayah, Ibu, dan anak-anak Kurma akan mendapatkan pekerjaan dan meningkatkan penghasilan bagi keluarga.

Dalam istilah Teori Transisi Demografi, peningkatan penghasilan Keluarga Kurma ini disebut dengan Bonus Demografis Pertama.

Akan tetapi, ini hanyalah bersifat sementara. Ayah menyadari bahwa biaya hidup tidaklah semurah ketika ia masih kecil dulu. Peningkatan biaya hidup ini harus diantisipasi dengan akumulasi kekayaan yang bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Yang terbaik tentunya adalah menabung, namun Ayah juga telah mengajarkan anaknya melek keuangan, seperti produk asuransi sebagai perlindungan kesehatan dan jaminan hari tua. Jika rezeki datang berlimpah, produk perbankan juga bisa digunakan untuk cicilan rumah atau berbagai jenis investasi lainnya yang dapat menambah pundi-pundi kekayaan.

Dalam istilah Teori Transisi Demografi, keberhasilan Keluarga Kurma dalam mengakumulasi kekayaan ini disebut dengan Bonus Demografis Kedua.

Kestabilan Politik dan Keamanan

Bagaimanapun juga keamanan menjadi syarat yang terutama dalam menikmati hidup yang baik. Keluarga Kurma tidak terlibat bahkan tertarik dalam praktik politik praktis. Namun bukan berarti mereka tidak peduli dengan prinsip demokrasi. Dalam setiap pemilu mereka selalu berpartisipasi. Mereka paham bahwa hak suara mereka sangat penting untuk menentukan masa depan bangsa.

Ayah Kurma menyadari bahwa ada ancaman disintegrasi terhadap NKRI. Suasana politik yang tidak stabil bisa saja timbul dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebagai warga negara biasa, tidak banyak hal yang bisa dilakukan oleh Keluarga Kurma.

Namun satu hal yang pasti, mencintai Indonesia dengan sepenuh hati adalah harga mati. Ayah sangat selektif menerima masukan dan ajakan dari para teman dan tetangga untuk bergabung dengan komunitas yang tidak jelas juntrungannya, meskipun berkedok agama.

Seluruh persiapan dan usaha Indonesia dalam menghadapi jendela kesempatan menuju era keemasan akan ambyar jika suasana politik menjadi tidak kondusif.   

Menentukan masa depan Indonesia yang cemerlang, sesungguhnya dimulai dari setiap diri kita.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia - versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun