Mohon tunggu...
Ahmad Jayakardi
Ahmad Jayakardi Mohon Tunggu... pensiunan -

Kakek2 yang sudah males nulis..............

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Boma (1): Wayang Koplak dan Bambang Sitija

13 Februari 2012   03:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waaa, makin jadi aja keributan para isteri di belakang dengar aksi para komporator ini. Ada yang mewek sambil jambak-jambak rambut, ada yang lompat tinggi, ada yang bal-balan......Duh, gak layak lah diceritakan benernya. Masa Dalang harus ngurusin masalah Rumah Tangga?....

"Maap, interupzi, interupzi!. Aku kezini bukan mau pezah belah rumahtangga pak Raza. Tapi menurut Ibu, Bapak aku adalah Dewa, Batara Wiznu namanya. Karena Batara Wiznu zekarang zudah menzelma zadi Sri Krezna, maka aku kezini. Gitu, ganti! " Setyaki (kompor berlanjut): "Lapan anem. Zama zaja, gitu, ganti!" Prabu Kresna (calm & cool) : "Setyaaakiiii! Potong gaji!!!" (Setyaki cep klakep), Sri Kresna lalu ngadep ke belakang: "Naaah, bukan Kresna kan yang selingkuh?" Muter balik ke Bambang Sitija : "Dengar Sitija, bukan gak mau mengakui keberadaanmu. Tapi rajamu perlu bukti bahwa kau benar anak Pertiwi, cucu dari Sang Nagaraja penguasa bumi. Jangan takut repot, buktikan kesaktianmu, lenyapkan Sang Bomantara, raja Trajutrisna yang sewenang-wenang itu. Sabda Pandita Ratu, pergilah dan restuku bersamamu. Rayi Setyaki dan kakang Udawa, iringi langkah ksatria muda ini!"

Singkat cerita, berangkatlah Bambang Sitija, diiringi kedua Patih Dwarawati sebagai utusan resmi para Dewa untuk mengamankan Trajutrisna. Bukan invasi seperti yang sering dilakukan AS dimana-mana, karena mereka cuma bertiga. Bukan pula infiltrasi seperti Rambo yang main petak-umpet, mereka terang-terangan menantang perang. Meskipun koplak,  kesaktian 2 patih Dwarawati itu bukan tandingan orang Trajutrisna. Pasukan khusus pengawal raja dihabisi Udawa seorang diri. Patih Pancadnyana menyerah kepada Setyaki dan Prabu Bomantara terbunuh oleh Bambang Sitija......

Tapi jasad Prabu Bomantara menghilang dari pandangan. Jiwa bersama wadagnya merasuk dan bersatu dalam tubuh Bambang Sitija...... Bambang Sitija segera mengutus Setyaki dan Udawa pulang ke Dwarawati untuk melaporkan semua kejadian dan menunggu keputusan Sri Kresna selanjutnya (belum ada hape dan bebe yah!). Mendengar laporan Setyaki, Sri Kresna bergegas berangkat ke Trajutrisna. Mengangkat Bambang Sitija sebagai penguasa baru di Trajutrisna, dengan gelar Boma Narakasura. Boma Narakasura resmi diakui sebagai anak sulung Sri Kresna dan adiknya, Dewi Siti Sendari (kemudian menjadi isteri Abimanyu, putra Arjuna) diboyong ke Dwarawati. Dewi Pertiwi memilih tetap di Sapta Pratala  (Dalangnya gak tahu alasannya, tapi palingan juga karena sungkan ribut ama 3 isteri yang lain. Biasa kan?.....) Hlo, kok cuma Setyaki yang lapor ke Sri Kresna? Kemana Udawa? Udawa nyangkut di sini nih......... * * bersambung, kalau gak lupa dan gak males..... _________________________ Meskipun ceritanya koplak, tapi tetap diusahakan agar esensinya gak berubah. Cerita ini adalah carangan versi pewayangan Jawa. Aslinya di Mahabharata, Boma Narakasura gak punya hubungan apapun dengan Sri Kresna.  Sitija, sering juga disebut sebagai Sutija atau Suteja..... Sebagai carangan, ceritanya juga sarat pesan dan pitutur. Cuma karena ceritanya belum tuntas, yang serius-serius gitu disajikan lain kali saja.Postingan ini untuk memenuhi request sahabat saya, mas Trihito Eribowo berbulan-bulan yang lalu. Karena ceritanya berat,  baru jadi sekarang. Mudah-mudahan beliau gak lupa.......Hlo,  apanya yang berat? Sabaaaaaaar, masih ada sambungannya........._________________________Catatan si Boi :Lapan Anem,  dimengerti.Timor Kupang Ambon,  TKA,  Terkendali dan Aman.Timor Kupang Pati,  TKP, Tempat Kejadian Perkara.Rembang Wilis,  RW.Rembang Timor,  RT.Lapan Satu Tiga,  Selamat bertugas.Buntut Tikus,  Antene Pendek, biasanya untuk Handy TalkieAmpat Lima,..............Merdekaaaaa!!Ampat Anem,  gak berani...... bisa-bisa ditimpuk knalpot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun