Cerita Kartini seyogyanya membuat kita sadar bahwa pendidikan untuk memperoleh pengetahuan itu tidak mudah dan harus diperjuangkan. Dulu pada zaman Kartini perlu upaya-upaya besar dalam melakukan kegiatan membaca karena harus melawan keterbelakangan pola pikir masyarakat. Sedangkan sekarang saat semua sudah dapat diakses dengan mudah, perpustakaan dimana-mana, buku-buku dengan fasilitasnya belum pula mampu membangun kesadaran literasi masyarakat Indonesia.
Membaca dapat membuka akses dunia, karena membaca merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dengan menyalurkan ide atau gagasan yang dibangun oleh manusia dunia. Selain itu membaca dapat mempermudah dalam membangun konsep, mengembangkan tatak rama bahasa, pikiran dan perilaku manusia. Maka tidak salah jika Bung Hatta berkata "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas".
Sosok Kartini cukup menginspirasi, ia mampu menciptakan perubahan dengan pola pikir baru, sebab Ia yakin hanya dengan membaca wawasan baru muncul, kekerdilan sikap akan hilang dan masyarakat Indonesia dapat menciptakan peradaban baru yang lebih baik untuk masa depan.
Raden AJeng Kartini mungkin sudah lama tiada, tapi Saya yakin masih banyak semangat Kartini-Kartini Indonesia saat ini yang mampu membuat perubahan lebih baik lagi untuk Indonesia. Kartini untuk Indonesia dan Indonesia untuk peradaban dunia.
*Hendri, Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Pamulang