Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nonton Wayang di Stuttgart, Bayar Seratus Ribuan

29 Februari 2016   20:45 Diperbarui: 1 Maret 2016   08:29 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Para memain musik, niyaga ada orang Indonesia dan Jerman (Kridha Budaya Sari)"]

[/caption]Eee ladalah... Begitu masuk ruangan... Sudah hadir paling nggak 100 orang! Wow, benarkah penglihatan saya? Peminatnya adalah warga lokal. Eropa, khususnya Jerman.  Terlihat ada kira-kira 10 orang saja dari Indonesia yang hadir. Bangga sekali kalau wayang kulit jadi magnet dalam acara museum Linden Stuttgart dalam memamerkan wayang dari Turki, India dan Indonesia. Acara bertajuk "Schattenspiel ..." dengan lakon „Kangsa Lair“.

Dari 40 menit bonus 1 jam

Dalam undangan tertulis bahwa wayang dimukai pukul 15.30 jadi kami tiba di Stuttgart pukul 14.00. Karena masih agak lama, kami jalan-jalan sejam di pusat kota. Lumayan, cuci mata, window shopping...

Nah, sesudahnya, nonton wayang di museum. Weyyy ... saya nggak tahu kenapa sampai pukul 17.00 wayang juga belum berakhir. Kalau ditulis 40 menit, logisnya selesai pukul 16.10. Berarti kelebihan minimal 50 menit? Itu saja belum rampung kami sudah pamit karena ada acara lain di kampung. Untungnya suami ngebut, kayak Michael Schumachee. Wussss wussss .. Sampai sejam.

Ah, mas dalang. Barangkali saking seneng, ndalangnya dilama-lamainnnn. Enjoy. Suami saya sudah klakepan, ngantuk ... Anak-anak sudah pada bosen riwa-riwi kayak burung dara digabur... Duhhh jian ...

 

[caption caption="Goro-goro sama punakawan"]

[/caption]Minat anak-anak Jerman terhadap wayang kulit

Seumur-umur baru sekali nonton wayang , layarnya di depan. Iya, kalau dari kecil saya sampai punya anak kecil ya gitu. Urutannya, layar di dinding, dalang sebelahnya ada sinden di atas dalang ada lampu untuk menguatkan efek bayang-bayang (wayang), niyaga atau pemain musiknya dan baru penonton. Lah ini dibalikkkk ... Piye iki?

[caption caption="Anak-anak nonton wayang sambil ngglesot"]

[/caption]Barangkali karena panggung digunakan untuk wayang dari tiga negara kalau settingnya bokak-balik bisa ambrollll. Rusak. Entahlah.

Itu segi positifnya, berbagi dengan artis lain dan rasa ingin tahu orang jadi gede.

Segi negatifnya adalah anak-anak sampai orang tua yang penasaran pada riwa-riwi dari kursi atau tempat lesehan ke dekat panggung yang tidak keliatan karena tertutup layar. Konsentrasi penonton yang masih ingin menikmati sedikit terganggu. Tapi biarlah, kalau ditonton, ada ketertarikan itu sudah buagusss...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun