Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beredar Hoaks Pesan Habibie "Kalaulah Sempat"

12 September 2019   00:34 Diperbarui: 12 September 2019   08:42 50009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Masih di tahun yang sama, bangsa ini kembali menghadapi kehilangan besar putra bangsa yang cemerlang, setelah sebelumnya sederetan nama penting lainnya pun berpulang ke haribaan Tuhan.

Prof. Ing. BJ. Habibie akhirnya menutup mata di RS Gatot Subroto setelah sebelumnya dirawat selama 2 minggu. 

Beliau memang sudah sepuh, 83 tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi tetap saja mendengar berita wafat beliau adalah momen yang memilukan bagi setiap anak bangsa.

Beramai-ramai warga pun mengucapkan belasungkawa, channel TV maupun Youtube berulang-ulang mengulas kisahnya. 

Namun ada satu yang mengesalkan, yakni ketika sebuah pesan broadcast muncul di WA, dengan judul "Kalaulah Sempat" dan mencatut nama Pak Habibie sebagai penulisnya. 

Isinya diawali dengan pra-narasi kutipan dari Pak Habibie saat pidato di Cairo tentang beliau yang dianugerahi ilmu teknlogi tetapi sadar kemudian bahwa ilmu agama lebih penting. 

Kemudian narasi renungan kematian mengisahkan dengan apa-apa yang harus disiapkan menghadapi kematian, bahwa segala yang ada di dunia ini tidak pasti, dan yang pasti adalah kematian. 

Foto : Domain publik yang diolah kembali oleh penulis
Foto : Domain publik yang diolah kembali oleh penulis
Lalu diakhiri dengan pesan agar tulisan itu disebarkan ke orang lain (khas pesan broadcast) sebelum akhirnya menuliskan nama Prof Ing. BJ. Habibie.

Tak jadi soal bila memang pak Habibie menuliskan sebuah pesan terakhir. Itu akan menjadi legacy terakhirnya setelah begitu banyak nilai yang bisa kita contoh dari beliau. 

Namun yang bagi saya mengesalkan adalah narasi renungan itu menyebutkan bahwa pak Habibie seolah menyesalkan waktu hidupnya. 

Ada kesan seolah jiwanya kosong, seolah bahwa rumah besar dan anak-anaknya yang sukses, serta segala aset-asetnya yang terus produktif itu ia pertanyakan, entah untuk siapa? 

Narasi yang seolah ingin mengatakan bahwa intelektualitas dan kehidupan sukses itu tidak perlu, karena tidak dibawa mati.

Saya termasuk yang sangat sering membaca dan mendengar pidato dan dialog-dialog pak Habibie. Dan sedikitpun tidak pernah saya mendengar pesimisme atau ketidakpuasan beliau terhadap hidup yang beliau jalani. 

Malah di banyak kesempatan, Pak Habibie selalu menggemakan semangat kerja, semangat hidup untuk berbuat dan bermanfaat bagi orang lain. 

Dan itulah yang ia lakukan dan buktikan. Sama sekali beliau tidak meninggikan satu diantara yang lain. Menafikkan optimisme hidup Pak Habibie hanya untuk membuat makna renungan tertancap dalam, bagi saya seperti menyampaikan hal baik dengan cara yang luar biasa buruk.

Fakta lain pula dalam pidatonya di Cairo, beliau memang menyebutkan dengan pentingnya iman dan taqwa namun juga menegaskan bahwa iptek dan imtaq harus seimbang dalam kehidupan.

Saya tidak ingin langsung percaya begitu saja bahwa itu adalah pesan pak Habibie, apalagi karena renungan itu ditulis dengan menyebut Pak Habibie dengan kata ganti orang ketiga. 

Saya pun berselancar di internet, dan menemukan tulisan yang sama juga di berbagai website berita, tapi tetap tidak bisa memberikan kesimpulan tentang siapa sebenarnya penulisnya. 

Sampai saya dibawa menuju blog ini yang memang menuliskan renungan berjudul kalaulah sempat dengan waktu penulisan tahun 2016, namun sama sekali tidak ada kaitannya dengan pak Habibie.

Wah wah, luar biasa. Si penulis renungan yang mencatut nama Pak Habibie ini ternyata hanya asal juga mencatut tulisan dari blog orang lalu menempel sana-sini dan memberi pra-narasi dengan kutipan pak Habibie untuk mendramatisasi dan melegitimasi tulisannya. 

Inilah salah satu jenis hoaks yang mendapatkan kesempatan viral hanya karena masyarakat berpikir, pesannya baik.

Tetapi hoaks tetaplah hoaks, bahkan ini masuk kategori kriminal dengan mencatut tulisan orang lain dan nama orang lain sebagai penulis, hanya agar pesannya viral. 

Lagipula, banyak penggiringan opini dalam tulisan tersebut yang akan sangat menohok bagi keluarga pak Habibie.

Jadi untuk Anda yang mendapatkan pesan broadcast tersebut. Pastikan pesan tersebut berhenti di Anda. 

Dan mari beri doa terbaik untuk Pak BJ Habibie tercinta yang saya yakin telah dinanti Tuhan dengan pelukannya yang paling mesra dan dinanti kekasihnya Ibu Ainun dengan senyum paling manis, semanis gula jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun