Keempat, Seneca (4 SM - 65 M). Seorang filsuf Romawi yang merupakan salah satu tokoh Stoik paling terkenal. Karya-karya tulisnya menggambarkan banyak aspek penting dari Stoikisme, seperti penerimaan takdir, kontrol atas emosi, dan pentingnya hidup dalam kesesuaian dengan alam.
Kelima, Epictetus (50-135 M). Filsuf Stoik Yunani-Romawi yang terkenal karena karyanya yang berjudul "Discourses" dan "Enchiridion". Dia menekankan pada penerimaan, kontrol atas reaksi emosional, dan pemisahan antara hal-hal yang dalam kendali dan yang tidak.
Keenam, Marcus Aurelius (121-180 M). Markus Aurelius adalah kaisar Romawi terakhir dan juga seorang filsuf Stoik. Pemikiran-pemikiran Stoik Marcus Aurelius tertuang dalam catatan pribadinya yang dikenal sebagai "Meditations". Dia menekankan pada kesadaran akan keterbatasan manusia, kontrol atas emosi, dan penerimaan akan takdir.
Tokoh-tokoh yang penulis sebutkan di atas dan pemikiran-pemikiran mereka membentuk dasar filosofi Stoikisme dan memberikan landasan bagi praktik-praktik Stoik dalam kehidupan sehari-hari.
Pokok-pokok Ajaran Stoikisme
Kalau disarikan, terdapat beberapa pokok ajaran filsafat ini, yang bukan hanya pantas untuk dipikirkan atau direnungkan, bahkan juga relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kendati merupakan ajaran filsafat yang sudah ada ribuan tahun yang lalu, tetapi masih sangat relevan dengan kebutuhan dan tantangan kehidupan masa kini. Apa sajakah? Mari kita bahas secara singkat satu per satu.
Pertama, penerimaan terhadap apa yang tidak dapat diubah.
Salah satu aspek utama dari Stoikisme adalah penerimaan terhadap nasib atau keadaan yang tidak dapat diubah. Ini mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan dan menerima hal-hal yang tidak bisa kita ubah.
Dalam situasi-situasi sulit, ini membantu kita untuk tetap tenang dan mengarahkan energi kita ke hal-hal yang dapat kita ubah atau kendalikan.
Kedua, kontrol atas reaksi emosional.