Mohon tunggu...
I Ketut Suweca
I Ketut Suweca Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Pencinta Dunia Literasi

Kecintaannya pada dunia literasi membawanya suntuk berkiprah di bidang penulisan artikel dan buku. Baginya, hidup yang berguna adalah hidup dengan berbagi kebaikan, antara lain, melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

UMP Tahun 2021 Tak Naik, Begini Jurus Jitu Kelola Keuangan dengan Bijak

8 November 2020   09:00 Diperbarui: 9 November 2020   10:50 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock.com/Maciej Matlak)

Topik seputar Upah Minimum Provinsi (UMP) mulai diperbincangkan belakangan ini. Bahkan sudah ada kabar,  tahun depan (2021) pemerintah tidak akan menetapkan kenaikan UMP. Beragam tanggapan pun muncul terhadap rencana itu.

Jangan Tergantung pada Penghasilan Utama

Daripada memilih berkeluh-kesah atau menggerutu dengan upah yang belum kunjung menunjukkan tanda-tanda kemajuan, lebih baik mencoba jurus lain yang saya sebutkan ini.

Prinsipnya, jangan hanya bersandar pada upah di tempat kita bekerja. Hindari menggantungkan sumber penghasilan dan hidup hanya dari gaji sebagai karyawan perusahaan tempat kita bekerja.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Tak peduli akan ada atau tidak kenaikan upah atau gaji di perusahaan, 3 hal berikut ini kiranya bisa dipertimbangkan.

Temukan Sumber Pendapatan Baru
Pertama, temukan sumber penghasilan baru. Seperti saya sebutkan di atas, hendaknya kita kurangi bersandar semata-mata pada penghasilan utama. Gaji atau upah di kantor atau perusahaan merupakan sumber penghasilan utama.

Cobalah pikirkan dan temukan sumber penghasilan lainnya yang memungkinkan. Banyak pegawai atau karyawan yang sudah melakukan hal ini. 

Mereka menambah income dengan melakukan usaha-usaha sampingan yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan keluarga.

Seorang sahabat saya, Teja, misalnya, memilih membuka warung makan kecil di depan rumahnya. Ia memulainya dari modal yang sangat terbatas. Karena istrinya jago memasak, ternyata warung itu semakin lama semakin dikenal dan laris. Hobi memasak sang istri pun tersalurkan. Dari hobi menjadi profesi dan bisnis yang menggiurkan.

Ada lagi contoh lain. Selama masa pandemi, ada anggota keluarga saya, Dwie, yang menambah penghasilan dengan melakukan beli-jual produk secara online yang dikenal dengan sebutan reseller.

Ia membeli barang untuk dijual kembali. Ia melakukan promosi terhadap beberapa produk dan menjualnya. Pembelinya kini bahkan dari seluruh Indonesia. Pelanggannya adalah kaum wanita. Kalung dan dan gelang adalah produk unggulannya.

Ia membuka toko online sebagai cara memperkenalkan dan mempromosikan produk, lalu ia membeli dari produsen dan menjualnya kembali. Ia sangat cermat membaca pangsa pasar. Ada keuntungan yang lumayan besar diperolehnya dalam sebulan bahkan melebihi gaji yang diterimanya dari perusahaan tempatnya bekerja.

Lakukan Penghematan Pengeluaran
Kedua, kurangi pengeluaran. Bagaimana dengan besaran pengeluaran kita selama ini? Adakah pengeluaran itu bisa diefisiensikan? Atau, bahkan ditiadakan karena membebani anggaran rumah tangga padahal tak begitu penting?

Mulailah menghitung dan mencermati setiap pengeluaran yang sudah dilakukan selama ini. Minimal lihat dalam 3 bulan terakhir. Di situ akan terlihat berbagai belanja, misalnya belanja makanan, belanja pendidikan, belanja transportasi, belanja listrik dan air, dan belanja pakaian.

Cek secara seksama, mana di antara unsur belanja itu bisa dihemat? Misalnya, kita bisa mengirit belanja makan di luar rumah dengan mengurangi frekuensinya, belanja rokok mungkin bisa dikurangi khususnya bagi perokok, belanja pakaian mungkin bisa dicukupkan dulu, tanpa harus membeli pakaian baru.

Kita juga bisa menghemat biaya yang dikeluarkan untuk listrik dengan mematikan lampu dan  AC  lebih awal atau jika tak benar-benar dibutuhkan. Belanja apa lagi ya? Silakan di-cek.

Dari pengecekan secara cermat terhadap semua pengeluaran, kita akan menemukan hal-hal yang bisa dihemat. Yang mana bisa dihemat? Kita sendirilah yang paling mengetahuinya. Diperlukan kerelaan atau keikhlasan hati untuk hidup lebih hemat daripada sebelumnya.

Terkait hidup hemat ini, hendaknya kita jangan mudah tergoda dengan rayuan diskon ini dan itu di toko atau televisi yang acap menayangkannya. Kalau bukan karena benar-benar dibutuhkan, jangan pernah membeli barang-barang yang belum tentu digunakan.

Jangan hanya lantaran untuk memuaskan keinginan dan tergoda oleh diskon dan iming-iming bonus lainnya, lalu kita mengeluarkan uang yang tidak perlu. Bisa menyesal kemudian!

Punya kartu kredit? Hati-hatilah dalam penggunaannya. 

"Kartu kredit adalah pistol ekonomi yang digunakan banyak orang untuk membunuh kemakmurannya di masa mendatang. Ini seperti obat terlarang bagi pecandu. Kartu kredit mendatangkan sukacita seketika, hanya untuk diikuti kesusahan dari jenis yang paling buruk," demikian Dr. David J. Schwartz. 

Prinsip kartu kredit itu "beli sekarang, bayar kemudian."

Tetap Menabung dan Berinvestasi
Ketiga, tetap berinvestasi atau menabung. Berkelebihan di dalam berkekurangan, itulah prinsipnya. Hal ini sudah pernah saya singgung pada artikel terdahulu. 

Pada intinya, jangan pernah lupa menyisihkan uang untuk ditabung atau diinvestasikan.

Tetapi 'kan gaji saya belum naik! Begitu mungkin muncul sebuah pendapat. 

Berinvestasi atau menabung tak harus menunggu upah atau gaji naik. Tidak mesti begitu! Kendati gaji kita tidak naik, tetaplah menabung atau berinvestasi. 

Tabungan berjangka sangat dianjurkan. Investasi saham atau reksadana, juga sangat disarankan.

"Beruntung papa dan mama dulu mengajarkan dan melatih saya menabung sejak masih SD. Saya jadi suka menabung hingga hari ini sehingga memiliki dana yang cukup banyak," tutur Pradnyana, seorang pegawai perusahaan swasta yang tak pernah berhenti menabung dan berinvestasi.

Ilustrasi menabung (Sumber gambar: refinery29.com)
Ilustrasi menabung (Sumber gambar: refinery29.com)
Prinsip berkelebihan di dalam berkekurangan sebaiknya menjadi pegangan dan selalu diusahakan dalam mengatur keuangan keluarga. Kendati UMP tidak naik, menabung jangan pernah dilupakan.

Sisihkan uang sepuluh persen atau lebih untuk ditabung, sebisanya dalam bentuk tabungan berjangka. Lambat laun tabungan itu akan membengkak menjadi besar, bahkan sangat besar berdasarkan prinsip bunga-berbunga.

Itulah 3 hal utama yang bisa dilakukan kendati UMP tidak naik tahun depan. Tetap berusaha dengan menambah penghasilan, menghemat pengeluaran, dan menabung atau berinvestasi.

( I Ketut Suweca, 8 November 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun