Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ondel-ondel Tempatmu Bukan di Jalanan!

17 Desember 2018   14:09 Diperbarui: 17 Desember 2018   19:31 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang ondel-ondel mencari nafkah menyusuri kerasnya jalanan Ibu Kota| Sumber: Kompas.com/David Oliver Purba

Suatu saat di masa lalu ondel-ondel selalu hadir ketika seniman Betawi sedang manggung untuk pertunjukan lenong. Ia hadir dengan segala kemegahannya. Sepasang boneka legendaris itu selalu membuat semarak pertunjukan khas Betawi. 

Ondel-ondel dengan dengan wajah laki-laki dan perempuan itu mampu menghibur penonton dengan aksi- ksi kocaknya diiringi oleh musik yang melengking memainkan lagu lagu khas betawi semacam Kicir-kicir dan Jali-jali. Biasanya pengiring ondel-ondel adalah tanjidor dengan alat musik seperti kendang, kenong, bas, dan sukong.

Ondel- ondel Sudah Ada Sejak Pra Islam
Menurut sejarah ondel-ondel sudah ada sejak pra-Islam. Di masa itu ondel-ondel adalah simbolisasi penjaga desa dari segala macam ancaman bahaya dan wabah penyakit, baju ondel-ondel (dogdang) terbuat dari kurungan ayam dengan diameter sekitar 1,5 meter dengan tinggi yang bisa mencapai lebih dari 2 meter.

Pengaruh kebudayaan China amat kental dalam musik Betawi. Sejarah mencatat bahwa asimilasi kebudayaan daerah pantai memang tidak bisa dibendung. Pengaruh Jawa, China dan Sunda, Arab dan Ambon amat terasa. Kebudayaan Jawa masuk ketika Prajurit Mataram berekspansi menguasai wilayah-wilayah strategis di masa pemerintahan Sultan Agung. 

Mereka membawa pengaruh budaya musik seperti gamelan untuk dikenalkan ke orang-orang Betawi yang sudah lama hidup di daerah sekitar Batavia.

Ketika Ondel-ondel Dijadikan Alat Mengamen
Kini ketika zaman berganti dan kebudayaan asli mulai ditinggalkan generasi penerus. Keberadaan ondel-ondel sungguh memprihatinkan. Hanya dengan suara-suara alat musik yang berasal dari tape recorder atau pelantang musik menggunakan flashdisk sebagai memorinya mereka turun ke jalan menyambut rezeki dengan mengamen di jalanan. 

Tanpa antraksi hanya berjalan mereka memaksa orang-orang menyisihkan rezeki lewat uang recehan dalam kotak kaleng cat yang sudah mereka siapkan. Hanya itu. 

Gerakan memutar dengan tangan bergerak-gerak sedikit lalu terus melangkah menyusuri gang demi gang, ruko demi ruko dan mencegat orang yang yang sedang mengendarai motor, meminta belas kasihan. Layaknya seperti pengemis mengharapkan rezeki orang yang mau berderma.

Pertunjukan dengan permintaan khusus sudah jarang muncul. Lebih banyak orang yang lebih memilih memelototi televisi daripada menonton pertunjukan lenong secara langsung.

Orang-orang lebih suka menonton orang berdebat atau pergi ke tempat beribadah mendengar khotbah pemimpin agama yang sering menyerempet tentang paham radikal, menjauhkan dengan budaya suntuk dalam memperbesar degradasi budaya dan terlalu terpukau dalam sihir ajaran radikal untuk memecah belah persatuan dan memperkecil peranan budaya.

Di mana-mana poster di sudut jalanan selalu muncul ajakan untuk mengadakan pengajian akbar. Tiada secuilpun undangan tentang pertunjukan lenong dengan gambar ondel-ondel yang menjadi ikon Betawi. 

Budaya Betawi semakin tersisihkan dan mereka hanya mempunyai tempat di jalanan di mana tidak ada orang yang secara khusus membayar untuk pertunjukan yang sekitar tahun awal 90-an masih marak pertunjukan lenong dari panggung ke panggung.

Mungkin sekarang lenong dan budaya Bekasi semakin terpinggir ke daerah penyangga. Sedangkan orang-orang Betawi sendiri di Jakarta semakin terpepet oleh persaingan ekonomi sehingga satu persatu tanahnya dijual kepada para pendatang, pengembang, pedagang. Sisa kebudayaan mereka yaitu ondel-ondel hanya dijadikan sarana mencari uang dengan cara mengamen.

macam macam ondel-ondel yang unik| Sumber: wartakota.tribunnews.com
macam macam ondel-ondel yang unik| Sumber: wartakota.tribunnews.com
Ondel- Ondel Perlu Mendapat Perhatian baik Pemerintah, Wakil Rakyat maupun Masyarakat
Jika keberadaan ondel-ondel akhirnya turun pangkat hanya sebagai modal mengamen tentu sebuah tragedi kebudayaan. Budaya Betawi semakin suram tergantikan oleh riuh-rendahnya hiburan modern yang lebih digemari oleh kaum muda.

Lihat saja baju-baju ondel-ondel lusuh tidak terurus. Yang memainkannya pun hanya anak-anak kecil yang hidupnya di gang-gang kecil perkampungan. 

Mereka menyewa ondel-ondel dengan pertunjukan yang tidak memerlukan kemampuan untuk memahami gerak-gerak khas ondel-ondel cukup goyang ke kanan dan ke kiri. Lalu menunggu uluran tangan para dermawan yang mereka temui di sepanjang perjalanan. 

Ada beberapa kelompok pengamen yang menggunakan alat lengkap pengiring musik Betawi lengkap tapi jumlahnya jauh lebih sedikit dari mereka yang hanya mengandalkan bonekanya dengan alat musik yang sudah direkam.

Di daerah saya sekitar Cengkareng Timur, Pedongkelan, Kapuk dan Kamal hampir setiap hari melintas pengamen menggunakan atribut ondel-ondel. Yang menarik tentu mereka yang menggunakan alat cukup lengkap seperti kendang, kenong, dan alat musik semacam biola yang terbuat dari batok kelapa. Kawat semacam senar biola bambu dan alat gesek sukong, dengan tempurung kelapa agak besar, tapi yang sering dipakai yaitu Kohiyang dengan ukuran tempurung kelapa kecil. 

Fungsi sukong atau kongahyan/kohiyan untuk melodi dengan memainkan nada- nada lagu. Sukong /kohiyan atau kongahyan menjadi alat musik utama. Pengiring lain untuk mengatur cepat dan lambatnya musik adalah kendang. Sukong, konyahyan/kohiyan bunyinya hampir mirip biola pada musik modern atau rebab kalau di Jawa.

Saya sendiri kurang tahu sejarah asli tentang ondel-ondel karena baru tinggal sekitar awal 2001, tapi saya sering melihat pertunjukan ondel-ondel lengkap di  kawasan Kota Tua di Jakarta Barat dengan alat musik tanjidor. Sangat menarik. Jika ingin melihat lebih unik ya datang ke kawasan cagar budaya di Setu Babakan di Jakarta Selatan.

ondel ondel yang salah fungsi untuk mengamen | Sumber: tirto.id
ondel ondel yang salah fungsi untuk mengamen | Sumber: tirto.id
Respon masyarakat dari informasi (baik dari berita di media online maupun pengamatan langsung) beberapa orang memandang bahwa ondel- ondel seharusnya bukan untuk mengamen. 

Sebab fungsi ondel-ondel dulunya adalah untuk penolak bala namun sekarang fungsi bergeser, salah satunya untuk mencari rejeki di tengah kejamnya persaingan pekerjaan di ibu kota negara. 

Semoga semakin banyak orang yang peduli pada ondel-ondel terutama wakil rakyat yang prestasinya demikian minim untuk mengegolkan undang-undang tetapi menuntut lebih pada pendapatan mereka yang demikian besar dari anggaran belanja negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun