Mohon tunggu...
Dilla Hardina
Dilla Hardina Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Kelilingilah dirimu dengan orang-orang yang pantas mendapatkan keajaibanmu🌻

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mahasiswa Ilmu Perpustakaan, Akan ke Mana Setelah Lulus?

8 Juli 2020   08:15 Diperbarui: 9 Juli 2020   15:13 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. buku dan penjaga perpustakaan. (foto: kompas.com)

"Mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan bukan berarti harus bekerja di perpustakaan." 

Aku adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam di IAIN Tulungagung. Saat ini aku tengah duduk di bangku semester empat, sebuah perjalanan yang bisa dikatakan sudah dilalui setengah jalan. 

Jujur, sejak awal kuliah, aku belum memikirkan secara matang ingin bekerja di mana. Hal yang kupikirkan adalah aku ingin menjadi penulis. 

Dulu ketika masih semester satu, saat proses perkuliahan sedang berlangsung, dosenku pernah bertanya pada beberapa mahasiswa "ingin jadi apa?" dan salah satu mahasiswa yang ditanya adalah aku. Lantas, aku menjawab ingin menjadi penulis. 

Seketika, semua yang ada di ruangan terasa senyap. Tidak ada yang bersuara. Semua orang memasang ekspresi heran, termasuk dosenku. Ya, profesi penulis bukanlah sebuah profesi yang keren menurut kebanyakan orang. Atau bahkan tidak layak disebut sebagai profesi.

Tapi, itu adalah pemikiran orang awam yang belum mau dan mampu membuka hati dan wawasan dalam dunia keilmuan. Mungkin mereka lupa, jika tidak ada penulis, mereka tidak akan bisa membaca buku ketika duduk di bangku sekolah. 

Mereka juga tidak akan bisa mendapat pengetahuan dan wawasan yang dapat membuka cakrawala pemikiran mereka. Aku tidak sedang bicara soal dosen atau teman-temanku. Aku bicara tentang mereka yang masih awam dengan profesi penulis.

Ketika berada di titik ini, aku merasa perlu memikirkan secara matang tentang jalan hidupku selanjutnya. Aku ingin melakukan apa? Ingin jadi apa? Bekerja di mana? 

Aku benar-benar harus memikirkan itu. Aku pernah membaca buku Arah Langkah karya Fiersa Besari. Selarik kata-kata yang teringat di kepalaku dalam buku itu adalah bahwa kebanyakan orang tua akan bertanya kepada anaknya yang baru lulus: "Akan bekerja di mana?" 

Mereka mungkin lupa bahwa seharusnya mereka bertanya "Ingin berbuat apa?"; "Ingin berkarya apa?" Yah... kira-kira begitu inti yang kutangkap.

Memang benar adanya, bahwa stigma yang ada pada masyarakat adalah seorang sarjana ketika lulus maka akan bekerja, paling tidak bekerja di kantoran. Jika tidak bekerja di tempat yang seperti mereka pikirkan, maka seorang sarjana akan di anggap gagal. 

Mereka akan digunjingkan, dipandang sebelah mata dan dianggap tidak berguna. Begitulah kebiasaan yang secara tidak disengaja sudah menjadi tradisi dalam lingkungan masyarakat, terlebih di dalam lingkup pedesaan.

Di semester tiga lalu, angkatanku harus memilih mata kuliah peminatan, di antaranya kewirausahaan dan jurnalistik. Lantas, aku memilih jurnalistik. Tentu saja karena aku menyukai kegiatan tulis-menulis, suka berita, suka informasi dan aku ingin lebih jauh mendalami ilmu jurnalistik. 

ilustrasi tumpukan buku di perpustakan. (sumber: pelita.or.id)
ilustrasi tumpukan buku di perpustakan. (sumber: pelita.or.id)

Bagiku, ilmu jurnalistik itu keren. Maka aku berusaha yang terbaik dalam belajar dan menjalani mata kuliah ini. bersyukur, nilaiku lumayan memuaskan.

Dosenku yang mengampu mata kuliah peminatan ini adalah seseorang yang bergelar doctor. Selain menjadi dosen, beliau juga bekerja di lapangan sebagai wartawan. Mungkin saja beliau juga memiliki pekerjaan lain yang tidak kutahu. 

Pernah, suatu ketika saat mengajar mata kuliah Etika Jurnalistik, beliau berkata bahwa kami, mahasiswa Jurusan IPII juga bisa bekerja di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). 

Sebab, di KPI menerima tenaga kerja bukan hanya dari  jurusan komunikasi atau jurnalistik saja, tetapi dari berbagai jurusan, yang terpenting adalah menguasai dan tahu tentang etika jurnalistik.

Sejak saat itu, aku menjadi tertarik untuk bekerja di KPI. Meskipun belum menjadi tujuan yang matang, setidaknya aku sudah punya pandangan ketika lulus nanti ingin bekerja di mana. 

Yaa.... meski itu tidak selaras dengan konsentrasi ilmu yang kupelajari; Perpustakaan. Tapi, tetap saja itu hanya "pandangan". 

Hingga saat ini aku belum pernah mencari informasi lebih dalam tentang seluk beluk dunia kerja di KPI. Aku hanya menuliskannya di "daftar keinginan bekerja" di buku harianku, bersama dengan BMKG, BEKRAF, dan Perusahaan penerbitan.

Mengenai bekerja di BMKG, ini bukan harapan yang benar-benar kuharapkan. Kita semua tentu tahu bahwa setiap intansi besar, apalagi yang berbasis kenegaraan pasti terdapat perpustakaan di dalamnya, kurasa. 

Aku hanya tertarik, karena aku berasal dari SMA dan jurusan IPS. Aku banyak mempelajari tentang geografi, dan aku suka pelajaran itu.  Dan kurasa bekerja di BMKG bukanlah suatu kemustahilan jika aku benar-benar berusaha dengan keras. Sebab, aku tidak buta-buta sekali dengan ilmu ini, meskipun sekarang aku belajar di bidang kepustakwanan.

Lalu, soal bekerja di BEKRAF, aku tidak punya banyak keahlian di bidang ini. aku hanya punya keinginan yang kuat untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. aku ingin generasi muda di Indonesia tidak hanya terpaku pada pekerjaan yang selalu diburu banyak orang seperti PNS. 

Aku ingin mereka tahu bahwa di luar sana ada banyak sekali pekerjaan keren yang apabila ditekuni secara maksimal dan sungguh-sungguh akan menghasilkan lebih banyak pundi-pundi finansial dibanding pekerjaan tetap dengan banyak tunjangan. Bekerja delapan jam sehari dan enam hari dalam seminggu adalah sesuatu yang benar-benar melelahkan. 

Bila bekerja di sektor ekonomi kreatif, setidaknya kita bebas menentukan jam terbang kita sendiri, kita bebas berkarya dan kita bebas menentukan pilihan kita. Itulah kenapa aku juga ingin bekerja di BEKRAF. Setidaknya, dulu semasa SMA aku pernah tiga tahun mempelajari ekonomi.

Dan untuk situasi sekarang ini, aku benar-benar bingung dengan beberapa opsiku tersebut. Kenapa tidak ada keinginan tempat bekerja yang sesuai dengan konsentrasi ilmu yang kupelajari? 

Perpustakaan atau lembaga kearsiapan, misalnya. Aku benar-benar bingung. Mungkin karena aku bukan tipekal orang yang menyukai alur takdir yang mengalir bagai air. 

Aku adalah orang yang menyukai tantangan. Aku adalah orang yang sering keluar jalur. Dan, jurusanku sangat terbuka dengan segala akses keluar jalur itu. Mengambil jurusan Ilmu Perpustakaan bukan berarti harus bekerja di perpustakaan. 

Bukannya aku ingin mengkhianati jurusanku, akan tetapi jurusanku benar-benar menyediakan lapangan pekerjaan yang begitu luas. Kau bisa bekerja di perpustakaan (tentu saja), lembaga kearsipan, rumah sakit, BUMN, BUMS dan masih banyak lagi. 

Mengapa demikian? Sebab, seperti yang aku katakan sebelumnya, bahwa lulusan dari jurusanku saat ini dan di masa mendatang benar-benar sangat dibutuhkan. Itulah salah satu alasanku memilih jurusan ini. kami bukan orang-orang buangan!

Tapi, bekerja di perpustakaan bukan sesuatu yang harus dihindarikan, bukan? Bagaimanapun aku akan mempelajari bidang ini selama kurang lebih tiga setengah tahun (aamiin). 

Kurasa, bekerja di perpustakaan bukan sesuatu yang buruk.  Aku tinggal memilih perpustakaan mana yang sesuai dengan keinginanku. Tentu saja aku juga harus meningkatkan kapabilitasku dalam ilmu ini. 

Maka, setelah itu, aku bisa memantaskan diri bagi masa depan yang baik dan sesuai dengan apa yang kuharapkan (aamiin).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun