Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Demokrasi Tanpa Kritik Sama Seperti Seni Tanpa Politik

18 Agustus 2021   08:20 Diperbarui: 10 Oktober 2022   18:48 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi demokrasi | Sumber: shutterstock via nasional.kompas.com

Tidak seram seperti yang dibayangkan banyak orang, dinamikanya menyenangkan, berwarna," lalu ia melanjutkan "Politic is an art, full of creativity, passion and energy." (Politik adalah sebuah seni, penuh dengan kreatifitas, gairah dan energi). 

Jadi, sebenarnya banyak orang sudah menyadari bahwa seni tidak bisa dipisahkan dari politik. 

Sedangkan menurut saya (dan mereka yang setuju pada Brown) 'seni' adalah 'politik'. Seperti yang sudah saya kemukakan sebelumnya, 'seni' merupakan ekspresi pemikiran dan emosi penciptanya. Dan 'politik' merupakan usaha warga negara untuk mencapai kebaikan bersama.

Dalam sistem pemerintahan yang baik, untuk mencapai kebaikan bersama pertama-tama suatu pemerintahan harus memahami pemikiran dan emosi warga negara sebelum mengambil suatu kebijakan. 

Jadi, karya seni merupakan alat yang seharusnya digunakan penentu kebijakan untuk benar-benar mengerti pemikiran dan merasakan emosi warga negara sehingga dapat mengambil kebijakan dan tindakan yang mendatangkan kebaikan bagi seluruh warga negara. 

Maka dalam mengemban tugasnya, suatu instansi serta jabatan di dalamnya haruslah siap untuk terus dikritik, sekeras apapun kritik yang dilemparkan kepada mereka. 

Pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi adalah rakyat. Melarang kritikan rakyat sama dengan melarang seorang tuan untuk mengkritik pelayannya. 

Saya setuju dengan Rocky Gerung, "kritik menghidupkan demokrasi." Demokrasi tanpa kritik adalah demokrasi yang kehilangan segala-galanya. 

Sama, suatu negara tanpa seni dan seniman tidak dapat memiliki eksistensinya yang penuh. Negara harus menerima seni untuk kritik sebagai aset perubahan yang berharga. 

Seni untuk kritik merupakan mahakarya yang bisa digunakan sebagai pembelajaran bagi pemerintah untuk terus memperbaiki diri, bahkan merupakan dokumentasi pemikiran dan emosi rakyat yang bisa digunakan generasi mendatang sebagai bahan pembelajaran.

Bukan barang baru, kritik melalui karya seni sudah sering terjadi sejak zaman baheula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun