Mohon tunggu...
Christina Budi Probowati
Christina Budi Probowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hidup adalah kesempurnaan rasa syukur pada hari ini, karena esok akan menjadi hari ini....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ketika Minuk Ikut Pramuka

14 April 2024   21:07 Diperbarui: 19 April 2024   19:05 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by Anak Sosis

Kemalasan Minuk memang sudah mulai berkurang, tetapi ketika sudah duduk di kelas 3 SD tetap saja Minuk mengalami yang namanya bangun kesiangan dan tidak sempat mandi saat berangkat ke sekolah.

"Ah..... , benar-benar sudah siang..." Sambil berteriak-teriak, Minuk segera mengambil air satu gayung untuk mencuci mukanya dan satu gayung lagi untuk mencuci tangan juga kakinya. Ups, satu gayung lagi untuk membersihkan bekas buang air kecilnya di lantai kamar mandi.

Minuk pun segera mengenakan seragam merah putihnya dan berangkat dengan terburu. Sekolah Minuk ketika itu sedang dalam perbaikan dan hari itu Minuk harus menempuh jalan yang teramat jauh bagi kaki kecilnya. Karena ia harus menuju rumah Pak Tamar yang memiliki ruangan besar untuk kelas sementara Minuk.

Sesampai di di rumah Pak Tamar, badan Minuk terasa begitu gerah akibat berjalan jauh dan tidak mandi saat berangkat sekolah.

"Lho, tak kiro awakmu gak mlebu sekolah..." begitu teman Minuk menyapa dengan berbisik karena pelajaran akan segera dimulai. Minuk hanya tersenyum menanggapi temannya karena ia terus saja merasa gerah sepanjang pelajaran dan itu membuatnya kapok bermalas-malasan. Benarkah? Bukankah kebiasaan yang sudah mendarah daging itu tidak mudah untuk diperangi? Dan benar saja, Minuk masih terus bergumul dengan kemalasan, sampai Pramuka memanggil jiwanya.

Salam Pramuka!
Salam...!

"Pramuka itu sepertinya keren", itu yang dipikirkan Minuk ketika melihat latihan Pramuka untuk kali pertama di Gudepnya. Meskipun takut karena bentakan dan hukuman seperti yang sering ia dengar, akhirnya Minuk mencoba melangkah dan menikmati seluruh kegiatan pramuka yang ada di Gudepnya. 

Percaya tidak percaya, spirit yang datang setelah mengikuti kegiatan pramuka itu telah mengubah perangai Minuk. Akhirnya, ia seperti Bu Wondo yang berangkat ke sekolah lebih pagi dari yang lainnya, bahkan ia terus begitu setelah Bu Wondo pindah ke sekolah lain.

Sejak saat itu, Minuk menjadi sosok yang pemberani dan tidak putus asa dalam berupaya untuk berdamai dengan kemalasannya. Ssst... Jika tidak melihatnya sendiri, bayang-bayang pohon di antara pekatnya kabut pun tak akan percaya bila Minuk telah menjadi sosok yang nasionalis, setelah ia ikut pramuka.

Minuk akhirnya dapat bangun pagi dengan bugar dan penuh semangat. Hari-harinya semakin berwarna. Ia tak lagi berkutu, tak lagi sakit perut dan sakit gigi. Bahkan, ia tak pernah minum obat flu sampai ia besar dan tak ada lagi yang berani menindas Minuk di sekolah. Ibu juga tak perlu lagi menggantungkan saputangan di seragamnya dengan peniti. Minuk tak pernah lagi pilek meski telah pintar membersit hidung untuk membersihkan ingusnya.

Meskipun tidak hafal dengan dua kode kehormatan pramuka siaga bila tidak membuka buku saku Pramuka, Minuk tahu janji setia pramuka siaga kepada Tuhan dan Negara dalam Dwi Satya itu adalah sesuatu yang keren dan istimewa. Demikian pula dengan Dwi Dharma yang dibaktikan oleh pramuka siaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun