Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Total Football dalam Demokrasi Kita

17 Juni 2020   06:05 Diperbarui: 17 Juni 2020   17:32 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menyerang lawan politik. (sumber: KOMPAS/HANDINING)

Istilah "Total Fotball" identik dengan sepak bola gaya menyerang ala Belanda di era kejayaannya tahu 1970-an. Salah satu prinsip dasarnya adalah menyerang adalah pertahanan yang terbaik. Dengan menyerang tim akan memaksa tim lawan tidak berani keluar untuk menyerang.

Aroma demokrasi dalam politik kita identik dengan prinsip "Total Football" tersebut. Menyerang lawan sebagai pertahanan terbaik. 

Lihat kecamuk para nitezen yang terus menerus bertukar serangan. Saling mengecam, memaki bahkan kalau perlu sebarkan berita hoaks. Mereka menyerang untuk kepentingan kelompoknya masing-masing. 

Seolah-olah ada prinsip "semua cara halal bagiku", mulai dari diving sampai kalau pergi mencetak gol dengan tangan. Dan semua itu terlihat dalam dunia perpolitikan kita.

Jika saya seorang pejabat, ketika saya salah mengambil kebijakan, lalu ada orang yang mengkritik saya. Apa yang seharusnya saya lakukan? 

Jika anda menjawab, sebaiknya saya memberikan jawaban mengapa program itu saya pilih, saya evaluasi program tersebut. 

Maka anda termasuk pelaku politik yang "tradisional", anda bukan politikus kekinian, dan sekarang oleh para politikus mulai ditinggalkan. Sekarang ada era "Total Football", menyerang adalah pertahanan terbaik.

Dalam logika politik saat ini sedang subur dijalankan, saya tidak perlu melakukan klarifikasi, jika klarifikasipun hanya sekedar basa-basi. 

Saya akan menyerang orang yang mengkrtik saya. Akan saya cari dosa-dosanya masa lalu, apapun yang bisa saya temukan untuk menjatuhkan dia. 

Mungkin dulu pernah selingkuh, memberikan kesan jika dia adalah pencandu norkoba, sehingga omangannya kacau persis orang yang sakau. Saya bertahan dengan menyerang. Jika saya berhasil, orang lupa dengan kebijakan politik saya, orang akan sibuk membahas aib lawan saya.

Jika saya pada posisi yang tinggi, maka saya tidak perlu gugur gunung untuk menyelesaikan masalah. Saya bisa menggerakkan orang lain atau setidak-tidaknya memberikan ruang kepada orang lain untuk menyerang musuh saya. 

Cara paling mudah adalah dengan menjalin kerja sama dengan orang yang mendukung saya (yang secara vulgar biasa disebut dengan buzzer) untuk menyerang, membuka air, karena perlu memfitnah. Jika ada permasalahan, saya cukup berkata " saya tidak ada hubungannya dengan para buzzer itu"

Serangan yang paling mematikan adalah "laporkan ke polisi". Jika ada orang yang menuduh saya pembohong? 

Menurut Anda, apa yang sebaiknya saya lakukan? Apakah saya harus melaporkan polisi atau hanya sekedar klarfikasi, bahwa itu tidak benar. 

Iklim politik kita cenderung memilih yang pertama "laporkan polisi". Kelompok A melaporkan ke kelompok B, kemudian B balas melaporkan A. Jadi, kelompok A dan B adalah penganut "total football" dalam kehidupan berpolitik.

Namun jika melihat dua tim penganut Total Football bertemu di atas lapangan hijau, kita akan terhibur, terkesan pertandingan sepak bola yang sangat seru, indah dan berharap ada gol-gol indah. 

Namun dalam jagat politik kita, jika ada dua kelompok dalam peta politik saling mengikuti gaya tTotal Football bertemu, yang ada bukan menghibur. 

Tetapi hiasan caci maki, saling menghina, membully sampai memfitnah. Istilah penjilat, penghianat, kadrun, cebong dan berbagai kata makian menjadi tontonan di politik kita. Hanya satu "Menjengkelkan".

Para tokoh politik yang sekarang masih di partai, dengan santai akan menjawab "bahwa itu bukan urusan pratai saya. Itu ursusan pribadi." 

Padahal publik berharap agar partai politik mempunyai peran signifikan untuk mengkader partainya akan menjadi orang yang berkualitas. Sehingga menjadi kader yang berguna. 

Jika kemudian ada orang dari partai tersebut melakukan kesalahan, partai seharusnya ada perasaan bersalah. Karena partai tersebut gagal memilih kader atau dalam pemilihan ada ""kecurangan".

Dalam politik menyerang itu lebih mudah, dari pada sekedar bertahan. Tetapi, apa yang bisa kita harapkan untuk negeri dari sekumpulan partai dan pendukung yang saling serang? Kecuali udara negeri yang penuh caci maki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun