Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Isyanto, Perajin Wayang Kulit Langka di Indonesia

1 April 2019   12:41 Diperbarui: 17 November 2021   11:34 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Isyanto, menimang wayang kulitnya yang masih mirip emping melinjo mentah | dokpri

Tatahan Tratasan, untuk membuat pola semacam garis, baik garis lurus maupun yang melengkung lebar dan menyudut. Tatahan Tratasan hampir selalu diselang-seling dengan tatahan bubukan, dengan maksud agar kulit di bagian yang ditatah itu tidak mudah patah atau robek.

Tatahan Bubukan, bentuk tatahan lubang-lubang kecil berderet, yang digunakan untuk membuat kesan gambaran garis.

Tatahan Untu Walang, tatahan yang menyerupai gigi belalang berupa garis putus-putus.

Tatahan Bubuk Iring, tatahan berbentuk lubang-lubang yang membentuk deretan seperti huruf U.

Tatahan Kawatan, tatahan jenis ini digunakan untuk mengisi sumping, bagian praba dan gruda mungkur.

Tatahan Mas-Masan, berupa deretan selang-seling antara titik dan koma. Biasanya digunakan untuk mengerjakan bagian uncal kencana, sumping, gruda mungkur, kalung dan jamang.

Tatahan Sumbulan, tatahan daerah leher digunakan untuk mengerjakan bagian kalung, jamang dan aksesoris.

Tatahan Intan-intanan, pahatan daerah perhiasan lengan.

Masih banyak lagi kata Isyanto sambil tertawa, kalau dijelaskan bisa berhari-hari.

Untuk pewarnaan Isyanto membuat cat khusus adonan sendiri, yang diencerkan dengan air namun bisa tahan air kalaupun wayang dilap atau terciprat air. Banyak juga wayang jenis tertentu warna kilaunya memakai emas. Emas yang dilebur dan dicairkan, jadi wayangnya berlapis emas.

Untuk warna menurutnya tiap tokoh wayang juga berbeda. Mirip-mirip tokoh antagonis yang lebih dominan warna merah dan hitam.
Belum lagi jenis batik juga rumit, dipadukan dengan jenis batik. Misal batik jenis parang, penggunaan juga beda-beda. Tidak kayak orang jaman sekarang. Waktunya ke pesta pakai jenis batik parang buat berperang, dan sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun