Tanggal 20 April 2024 kemarin KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) bersama Kompasiana Jogja mengunjungi salah satu spa yang istimewa di Yogyakarta. Berbeda dengan tempat spa kebanyakan, Nurkadhatyan The Ritual merupakan rumah dari keaslian tradisi ritual SPA Kraton Jawa. Ritual ini terlahir dari Kelima Putri Kraton Yogyakarta yang terinspirasi dari kearifan dan kecantikan Jawa. Di Nurkadhatyan, bahan untuk lulur, pijat dan lain lain, hanya menggunakan bahan alami, tradisional dan asli. Ritual Nurkadhatyan SPA akan membawa kita ke dalam perjalanan SPA Kraton Jawa dan merasakan kehidupan sebagai keluarga Keraton.
Acara yang bertajuk Ngetrip cantik bareng KOTeKA dan Kompasiana Jogja dilakukan secara online melalui zoom dipandu oleh Mbak Ganna, langsung dari Jerman diikuti oleh teman-teman dari Komunitas Traveler Kompasiana (Koteka). Secara offline acara ini diikuti oleh temen temen Kompasiana dan Koteka dari Jakarta, Semarang dan Jogjakarta.
Setelah semua peserta berkumpul kami disuguhi jajanan pasar dan minuman rempah ala keraton yang rasanya segar sekali. Kami langsung menuju ke salah satu ruang di Nurkadhatyan Spa untuk mengikuti zoom meeting dengan teman teman KOTeKA dari Jerman dan seluruh Indonesia. Acara berlangsung seru nan meriah. Penjelasan dari Bu Woro membuat kami terkagum kagum dengan khasanah budaya Jawa yang coba diuri-uri oleh Ibu Woro melalui ritual Spa di Nurkadhatyan. Nurkadhatyan sendiri berarti cahaya keraton, diharapkan mampu menjadi jembatan untuk melestarikan budaya Jawa yang luhur terutama tradisi pijat Jawa kuno. Nurkadhatyan Spa sendiri dikelola oleh kelima putri Sultan Hamengkubowono X.
Saya sendiri bahkan sempat merasakan pijatan luar biasa dari master spa traditional Indonesia yaitu Ibu Worro H Astuti. Begitu jempol dan tangan saya dipijat saya spontan menjerit kesakitan. “ Ini Pasti kaki kamu kebas kan?” Tanya ibu Woro. Benar saja begitu dipijat ibu Woro kaki saya merasa kebas luar biasa. “ Jangan suka menyimpang atau memendam sesuatu ya mba” lanjut Bu Woro. Bu woro nampak mampu membaca orang yang dipijatnya. Bahkan beliau banyak menyinggung tentang aura positif yang bisa dilatih dan diaktifkan.
Tak hanya merasakan pijatan khas keraton dari Bu Worro, beliau juga memanggil staf di Nurkadhatyan Spa yaitu mba Dzulfa untuk memperagakan beberapa gerakan tari yang ternyata mampu menjadi wadah untuk mengolah rasa atau noto roso. Perempuan harus punya rasa dan peka merasakan, dan ilmu rasa ini harus dilatih. Kami juga diajari secara singkat untuk berlatih bernafas secara benar sehingga bisa lebih peka terhadap rasa.
Lebih lanjut Ibu Worro mengatakan bahwa saat kita berdiri, duduk dan bersikap semua ada seni dan ilmunya, energi positif akan mengalir sempurna jika tahu cara berdiri duduk dan bersikap yang benar dan ini semua bisa dipelajari serta dilatih.
Diperlukan konsistensi dalam praktek sehari hari agar energi kita bisa mengalir dengan baik. Kami juga ditunjukkan bagaimana berdiri dan duduk yang benar bahkan saya kena tegur keras ketika duduk dengan menyangga wajah dengan tangan atau songgo-uang.
Bu Worro juga menyinggung sedikit tentang latihan pernafasan kami diajari bagaimana berdzikir panjang dalam satu tarikan nafas. Dulu simbah bu Worro bahkan tiap sepertiga malam bangun dan merapalkan dzikir dengan media kecik (sejenis biji sawo) sambil latihan pernafasan.
Dalam trip kali ini kami juga diajarkan tentang pengetahuan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ramuan lulur ala Putri Keraton, melihat langsung bagaimana lulur diproses oleh Bu Worro dan cara menggunakannya. Kami juga merasakan dan mencoba coconut oil ramuan dari Ibu Worro dengan aroma lembut dan gurih khas kelapa.
Selanjutnya kami menyusuri ruangan yang ada di Nurkadhatyan yang asri penuh pepohonan hijau yang menyegarkan mata. Tak lupa kami diajak masuk keruangan Master Spa. Pertama kali masuk auranya terasa berbeda pantas saja disebut ritual spa, karena ini memang beda dengan tempat tempat spa yang pernah saya kunjungi selama ini.
1. Kungkum Sekar atau berendam dengan bunga mawar merah,
2. ratus Kadhatyan,
3. Glangsuran atau pijat badan dengan menggunakan scrub atau lulur kuno dan tehnik pijat Jawa kuno,
4. Pawestri Bandawasa yaitu Perawatan tradisional untuk organ intim wanita,
5. Tapak Bandawasa yaitu Proses pemijatan pada kaki dengan menggunakan teknik yang dipusatkan pada titik-titik energi untuk mengurangi rasa lelah dan stress
6. Rumeksaning Rasa yaitu Proses pemijatan pada seluruh tubuh dengan menggunakan teknik jawa kuno.
7. dll
Khusus untuk perawatan dengan master spa yaitu ibu Worro harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Layanan yang diberikan oleh ibu Worro dilakukan selama kurang lebih 5 jam, dimulai dengan konsultasi, pembacaan energi lalu perawatan tepat yang paling dibutuhkan, disesuaikan dengan hasil konsultasi. Tak heran bila ingin ditangani langsung oleh ibu Worro kita harus merogoh kocek dalam dalam.
Di dalam ruangan master spa terdapat tempat berendam atau kungkum yang terbuat dari batu andesit yang beratnya bisa mencapai 4,4 ton.
Tak hanya itu di sisi sebelah bed perawatan dan macam macam rempah dan bunga 7 rupa untuk yang mau melakukan pijat spa disini, sehingga jelas sekali perbedaan spa disini dengan di tempat lain.
Sebagai wanita tentu saya banyak tercerahkan dan di moment hari Kartini ini kita harus menyadari bawah setiap wanita itu unik dan indah dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan merawat diri secara jasmani maupun rohani berarti kita mencintai diri sendiri dan menjadi wujud syukur pada Tuhan atas apa yang diberikan kepada kita. Jadi selayaknyalah kita menjaga dan merawat apa yang sudah dititipkan Tuhan. Selamat merayakan hari Kartini, semoga semangat Kartini terus menjiwai langkah keseharian kita para wanita Indonesia. Menjadi wanita yang tangguh kuat mandiri dan menginspirasi.
