Mohon tunggu...
Asep R Sundapura
Asep R Sundapura Mohon Tunggu... Relawan - Blogger & Culturalpreneur

Penulis di Blog : Sundapura.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Misteri Kampung Salapan, Kampung Tua Serba Sembilan

16 Juni 2020   19:06 Diperbarui: 18 Juni 2020   21:11 4835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Salapan. (Sumber foto: dokumentasi pribadi)

"Warga Kampung Salapan merupakan orang-orang sederhana dengan profesi buruh tani. Sesepuh kampung bernama Ating bahkan heran mengapa orang-orang meramaikan kampungnya." 

Kampung Salapan (sembilan) berada di Desa Gempol Kecamatan Banyusari. Jaraknya 31 Kilometer dari pusat kota Karawang atau sekitar 1 jam perjalanan. Lokasinya berada di tengah pesawahan dan terpisahkan dari kampung-kampung lainnya. 

Dulu kampung itu disebutnya Kampung Babakan dan pernah jadi tempat pembuatan genteng batu bata. Tapi sejak tahun 2010 kampung itu mulai populer dengan sebutan Kampung Salapan. 

Banyak orang berdatangan ke sana termasuk selebritis seperti Tukul Arwana. Konon, Kampung Sembilan adalah kampung adat tinggalan masa kuno Karawang. Benarkah seperti itu?

Saya pertama kali mengunjungi Kampung Salapan pada tahun 2011. Agendanya meliput keberadaan kampung tersebut yang pada saat itu mulai muncul popularitasnya. 

Perjalanan ke kampung tersebut tidak mudah. Masalahnya banyak orang yang tidak tahu lokasi kampung tersebut. Bahkan penduduk Desa Gempol-nya sendiri terheran-heran mengetahui di daerahnya ada kampung bernama Salapann. 

Saat itu informasi keunikan Kampung Salapan baru sampai ke sejumlah pejabat Dinas Pariwisata Karawang dan belum banyak orang mengetahuinya. 

Setelah bertanya ke sekian orang akhirnya ada yang memberitahu bahwa Kampung Salapan mengarah ke sebuah lokasi di perbatasan Desa Gempol dan Desa Pamekaran di Kecamatan Banyusari. Nama Kampung Salapan memang baru lahir tahun 2010 jadi banyak yang belum tahu.

Kampung Salapan menyendiri di tengah areal pesawahan. Infrastruktur belum begitu memadai. Lingkungannya sepi dan secara umum tidak ada bedanya dengan kampung-kampung lain di daerah Karawang. Warganya Mayoritas penduduk menjadi buruh tani, dan sebagian anak-anak mudanya berkerja ke luar Karawang.

Salah seorang sesepuh kampung bernama Ating. Usianya 70 tahun. Ating mengatakan bahwa dirinya, begitu juga para orang tua Kampung Salapan sebelumnya tidak ada yang tahu asal-muasal kampung mereka. 

"Sejak dulu kampung ini begini," ujar Ating. "Rumahnya ada 10, tapi yang 1 kosong sudah lama. Dari sejak dulu hanya ada 9 KK di sini. Orang tua kami tidak pernah cerita mengapa di sini hanya ada sembilan keluarga. 

Dan kalau ada orang dari luar pindah ke sini maka biasanya warga di sini akan berkurang baik karena meninggal atau pindah ke luar kampung. Itu terjadi begitu saja dan kami tidak pernah menghalangi siapapun yang mau tinggal di sini. Bebas, tapi selalu kembali jadi 9 keluarga."

Ating berasal dari luar Kampung Salapann. Dia dari Rawamerta. Saat menikah dengan wanita Kampung Salapann, dia memutuskan pindah ke kampung sang istri. Tidak lama tinggal di sana, salah seorang warga ada yang meninggal sehingga jumlah keluarga kembali ke angka 9. 

Begitu juga ketika ada warga yang meninggal maka beberapa bulan kemudian ada warga lain yang menikah dan membawa pasangannya tinggal di Kampung Salapan. Konon peristiwa seperti itu sudah berlangsung cukup lama tanpa seorang wargapun yang memahaminya.

Rekayasa Budaya?

Warga Kampung Salapan merupakan orang-orang sederhana dengan profesi buruh tani. Sesepuh kampung bernama Ating bahkan heran mengapa orang-orang meramaikan kampungnya. 

Dan seiring kian populernya nama Kampung Salapan maka berbagai penomena mulai berkembang juga di sana. 

Di antaranya adalah diadakannya tradisi ngabungbang, ritual nyalin, kebiasaan berpakaian warna biru, pemasangan pucuk padi sembilan batang di atas pintu rumah sampai sejumlah larangan yang membingungkan seperti tidak diperbolehkannya perempuan haid masuk kampung. 

Penelusuran di lapangan menunjukkan bahwa warga sendiri tidak begitu memahami munculnya tradisi seperti itu. Namun sepertinya geliat potensi beraroma wisata membuat pihak-pihak tertentu memanfaatkannya.

Candi Kuno

Kampung Salapan tidak hanya populer dengan jumlah warganya yang selalu 9 keluarga dari generasi ke generasi, tapi ada juga cerita lain yang tidak kalah heboh yaitu tentang keberadaan jejak bangunan candi di dekat kampung. 

Sekitar 600 Meter dari kampung pernah ditemukan batu bata merah yang oleh sebagian orang diyakini sebagai bekas candi. Tetapi berita seputar penemuan candi menguap begitu saja seiring tidak jelasnya hasil penelitian. 

Dalam perkembangannya rumor penemuan batu bata candi sontak membuat orang menghubungkannya dengan komunitas unik Kampung Sembilan. 

Komunitas Kampung Salapan diprediksi sebagai keturunan dari para penjaga penjaga candi. Kampung Salapan juga berada tidak jauh dari Kalen Emas atau Sungai Emas yang konon terdapat banyak harta karun.

Di era kini (tahun 2020) Kampung Salapan lebih tertata. Pemerintah daerah melalui pihak desa melakukan cukup banyak pembenahan seperti instalasi listrik, sanitasi dan jalan lingkungan. 

Sejarah mengenai asal-usul kampung masih tetap berselimutkan kabut misteri. Warga masih dengan kesederhanaannya melakoni pekerjaan sebagai buruh tani. Dan jumlah keluarga di sana juga masih tetap, seperti ratusan tahun sebelumnya: 9 keluarga. 

Potensi Kampung Salapan untuk menjadi destinasi wisata Karawang masih besar. Tapi cukup apa adanya karena itulah wajah asli kampung tersebut selama ini.

Hasil identifikasi warga Kampung Salapan pada awal tahun 2011 (dokumentasi Sundapura Archives):

  1. Jumlah keluarga : 9
  2. Jumlah keseluruhan warga 27 orang : (2 + 7 = 9)
  3. Pria 13 dan wanita 14 : (1+3+1+4 = 9)
  4. Dewasa 20 dan anak-anak 7 : (2 + 0+7 = 9)

Mengada-ada? Mungkin. Tapi silahkan berkunjung ke Kampung Salapan untuk membuktikannya. Rute : Pusat Kota Karawang -- Cikampek -- Banyusari. Pertempatan Desa Gempol ambil kanan sekitar 5 KM.

Sumber: My Blog Sundapura

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun