Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Persiapan Paduan Suara sebagai Simbol Sukacita Paskah di Kampung

28 Maret 2024   11:26 Diperbarui: 29 Maret 2024   00:45 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret momen latihan koor paskah bersama KBG St. Maria Herang, Pacar, Manggarai Barat, NTT (Dokpri)

Bulan Maret sudah sangat identik sebagai bulan religius di Indonesia. 

Yang mana ditandai dengan adanya prosesi keagamaan yang dilakukan oleh beberapa agama besar di Indonesia, yakni bagi masyarakat Muslim, bulan Maret menjadi bulan puasa  menyambut ramadhan lalu bagi masyarakat yang beragama Kristen dan Nasrani, bulan Maret juga menjadi bulan puasa seraya menyongsong masa paskah.

Khusus bagi masyarakat Nasrani, hal imperatif dari masa puasa adalah sebagai simbol penghayatan iman yang historik yakni sebagai wujud dari pengambilan bagian dalam sengsara dan wafat Yesus Kristus sang Juru Selamat yang diterima dan dialami langsung secara pribadi juga dirayakan secara komunal atau kebersamaan.

Adapun puncaknya nanti adalah pada hari raya Paskah atau hari kebangkitan Kristus dari alam maut.

Tentu secara teologis, perayaan ini bernilai sangat fundamental dimana Yesus sebagai sosok iman dan ajaran-Nya menjadi simbol kesejatian hidup bagi para pengikut-Nya. Bahwa penderitaan dan kebangkitan adalah sebuah keniscayaan.

Perayaan Paskah sejatinya dikenal sebagai perayaan yang penuh semarak dan sukacita. Kemenangan Kristus akan maut serta cahaya kebangkitan yang ditandai oleh terang lilin paskah nanti menjadi dasar akan kesukacitaan itu. Dan hati umat serentak menjadi istana kemegahan Kerajaan Allah.

Oleh karena itu, agar suasana sukacita itu benar-benar mengalir ke lubuk hati, mesti diimbangi dengan seremoni paskah yang meriah. Salah satu bentuknya adalah melalui madah haleluya yang selalu didendangkan lewat kelompok paduan suara atau koor.

Hal ini sejatinya telah disematkan lewat pepatah Latin Kuno yakni "Qui Bene Cantat Bis Orat" atau dalam bahasa Indonesianya yakni: bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali.

Dengan begitu maka, kunci dari kemeriahan paskah ialah bagaimana suasana liturgi yang tercipta terutama lewat alunan suara para paduan suara saat perayaan benar-benar mengalirkan suasana sukacita kebangkitan.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka dibutuhkan persiapan yang matang.

Maka tidaklah heran bila menjelang memasuki pekan suci (sebuah pekan perayaan katolik untuk menunaikan tiga hari suci yakni Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Suci) semua umat tampak sibuk dengan latihan koor bersama.

Sebagaimana dalam konteks kami sebagai umat Nasrani di pedesaan, hampir setiap hari selalu melaksanakan latihan koor bersama. 

Semuanya terlibat aktif mulai dari anak-anak sekolah hingga orang-orang tua yang dibagi ke dalam empat suara yakni sopran, alto, tenor dan bas.

Dalam nuansa sukacita dan kebersamaan yang tinggi, semuanya rela rehat sejenak dari rutinitas masing-masing untuk bersama-sama  mengulik notasi lagu perayaan yang ada.

Uniknya, rata-rata dari setiap peserta yang ada nihil akan pengetahuan musik, ataupun sedikit ada namun tidaklah sekaliber dengan musisi atau komposer terkenal seperti Adi Ms dan lainnya.

Kami semua selalu berangkat dari keterbatasan dan kekurangan, hanya bermodalkan do, re, mi, fa, sol, la, si, do saja. 

Notasi inilah yang menyatukan kemampuan kami dalam menyanyi. Mau sesulit apapun lagu yang ada jika disematkan dengan notasi dan irama yang jelas maka semuanya akan dimudahkan.

Selain memiliki nilai kebersamaan juga secara tidak langsung memiliki unsur edukasi khusus bagi anak-anak sekolah untuk belajar dan mengembangkan bakat mereka dalam bidang seni tarik suara.

Hampir sebulan sudah, kami berlatih dan bernyanyi bersama, kini tinggal menunggu hari perfomnya nanti khususnya pada hari Jumat Agung nanti. Hari dimana Kristus mengalami sengsara dan wafat di kayu salib.

Sebab di hari inilah, Kelompok Basis Gerejawi kami yang bernama Santa Maria-Herang, akan tampil sebagai paduan suara. Tentunya dengan lagu-lagu yang bernuansa kesedihan dan duka.

Namun, sekali lagi paduan suara dalam konteks Gereja tentu bukanlah ajang kompetisi untuk meraih Nobel. Tujuan hanya satu yakni membawa suasana liturgi perayaan sungguh bermakna.

Selamat memasuki pekan suci bagi segenap umat Nasrani di manapun berada. Tuhan Memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun