Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisahku: Gadis Desa Putus Sekolah, Dinikahkan Dini, tapi Bisa Sukses

21 April 2021   03:04 Diperbarui: 21 April 2021   08:56 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wisuda from Freepik

Gadis muda: "Ayah, ibu.. salahkah jika anak gadismu ingin menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi?"

Orang tua: "Tidak perlu, daripada kamu, lebih baik kakakmu (pria) yang lanjut hingga perguruan tinggi"

Gadis muda: "Kok gitu, kok aku gak boleh mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi?"

Orang tua: "Ya karena kamu perempuan yang kodratnya di dapur untuk memasak dan mengurus rumah tangga"

Sebelum mengenal dan patah hati karena cinta (asmara) kaulah muda, gadis itu telah patah hati lebih awal akan impian pendidikannya yang sirna. 

Saat itu ia masih berusia 14 tahun ketika lulus SMP (Sekolah Menengah Pertama) di tahun 2009. Dan ia harus merelakan pendidikannya terputus sampai SMP saja, ia tidak lanjut SMA (Sekolah Menengah Atas) apalagi di bangku kuliah yang rasanya mustahil.

Dua tahun di rumah saja menjadi pengangguran gadis remaja di pedesaan, akhirnya kedua orangtua menikahkan gadis itu dengan seseorang teman dekatnya. 

Mereka berdua pun menikah pada tahun 2011, tetapi tidak lama kemudian berpisah (tanpa anak). Hal tersebut juga dipengaruhi oleh usia keduanya yang belum matang dan cenderung labil dalam mengambil keputusan.

Singkat kisah, pada tahun yang sama gadis itu mencoba untuk melamar pekerjaan ke suatu perusahaan dengan ijazah pendidikan yang minim. Tetapi bagi Tuhan pastinya tidak ada yang tidak mungkin. Karena pada akhirnya ia pun diterima pada salah satu perusahaan favorit, meskipun menimbulkan tanda tanya.

"Bagaimana bisa ia mengalahkan pesaing yang lain? Apakah ia pantas? Dia adalah gadis desa, pendidikannya di bawah standar?"

Dalam hal ini takdir Tuhan berjalan, karena hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati manusia. Hingga sang owner perusahaan pun melihat sesuatu hal yang lain daripada gadis itu. Ada satu semangat, ada sisi peluang untuk berkembang, dan akhirnya beliau memberi kesempatan untuk bergabung tanpa melihat riwayat pendidikan terakhir.

Namun dengan posisi seperti itu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi gadis tersebut. Antara rasa minder dengan rekan kerja yang lain faktor pendidikan yang tidak standar dengan mereka, hingga seringkali suara yang tidak didengar.

Meskipun dari perusahaan tidak menuntut untuk melanjutkan pendidikan, tapi sebagai seseorang yang ingin berkembang, akhirnya gadis itu melanjutkan pendidikan untuk mengejar ketertinggalannya.

Ia mulai melanjutkan sekolah kejar paket C (setara SMA) di wilayahnya, yaitu dari tahun 2012 hingga 2015. Tidak sampai di situ, ia pun melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi (S1) dari tahun 2015 hingga 2019, dan sudah mendapatkan gelar Sarjana Management.

Tidak berhenti pada titik itu, selanjutnya dari tahun 2019 hingga 2021, ia pun masih melanjutkan pendidikan (S2) dan lulus hanya dengan 3 (tiga) semester juga mendapatkan gelar Magister Management.

Pada bangku pendidikan pun ia sering mendapatkan posisi tiga besar terbaik di kelas atau pada angkatannya. Bahkan saat lulus kuliah pun, ia mendapatkan predikat kelulusan dengan Pujian.

Nah, agar tidak terkesan omong kosong, berikut penulis lampirkan foto ijazah gadis tersebut (fokus ke tahun lulus):

Ijazah -dokpri
Ijazah -dokpri

Ijazah -dokpri
Ijazah -dokpri

Ijazah -dokpri
Ijazah -dokpri

Dari lampiran ketiga foto di atas, terbukti bahwa gadis tersebut memang ada keterlambatan pendidikan dari masa SMP ke SMA. Tetapi ia tetap bersemangat mengejar ketertinggalannya dengan membiayai pendidikannya sendiri secara mandiri, hingga bangku perguruan tinggi pada tahun-tahun berikutnya.

Sementara untuk ijazah Pascasarjana (S2) baru keluar (Selebrasi Wisuda) Juni 2021 nanti, jadi tidak bisa penulis tampilkan saat ini. 

Namun tetap saya lampirkan foto bukti sidang Tesis yang sudah gadis tersebut tempuh sebagai akhir dari pendidikan (S2) nya:

Sidang Tesis (online) efek Covid-19 (Maret 2021) : Document Pribadi
Sidang Tesis (online) efek Covid-19 (Maret 2021) : Document Pribadi

Sidang Tesis (online) efek Covid-19 (Maret 2021) : Document Pribadi
Sidang Tesis (online) efek Covid-19 (Maret 2021) : Document Pribadi


***

Setelah kompasianer membaca artikel ini, kira-kira hal apa yang bisa dipetik?

Ya, gadis tersebut yang menjadi pemeran utama adalah saya sendiri. Dengan melampirkan foto ijazah untuk membangun kepercayaan, juga terlintas suatu nilai terbaik pada kelulusannya.

Dan hal itu bukan bermaksud menyombongkan diri akan suatu kemampuan akademis, melainkan dengan harapan bisa mengambil makna tersembunyi dari gadis tersebut.

Bahwa gadis tersebut pernah disia-siakan atau diremehkan kemampuannya oleh banyak orang di masa lalu karena riwayat pendidikannya sebatas SMP saja. Tetapi ketika gadis tersebut pendidikannya sudah tinggi, semua baru menyadari dan mengakui kemampuan juga peluang gadis tersebut.

Seperti yang sudah sempat disinggung oleh owner perusahaan di awal bahwa ia melihat ada suatu peluang dalam diri saya, dan akhirnya beliau memberikan saya kesempatan untuk bergabung pada perusahaan meskipun dengan riwayat pendidikan yang minim di masa lalu.

Pelan tapi pasti, saya pun berkembang dan mampu menjadi salah satu karyawan yang berpengaruh di perusahaan tersebut.

Note: Jika kompasianer penasaran siapa atau apa job desc saya di perusahaan, bisa dilihat pada profil atau akun Kompasiana saya.

Filosofi Sukses

Filosofi sukses setiap orang berbeda, dan bagi saya sukses itu adalah ketika saya mampu menaklukkan rasa takut dalam diri. Setiap manusia pastinya mempunyai rasa takut, tapi jika kita mampu menaklukkan rasa takut tersebut menjadi suatu keberanian, itulah yang mampu mengantarkan kita pada tujuan. Bagaimanapun perjuangan itu membutuhkan keberanian, karena dalam proses sangat penuh dengan tantangan dan kegagalan. 

Memang kesuksesan tidak selalu dinilai dengan selembar kertas (ijazah) atau gelar seseorang, tetapi setidaknya filosofi usia pun berjalan. Kita manusia hanya hidup satu kali, dan apakah benar kita akan menyia-nyiakan masa muda kita dengan tidak mengenyam pendidikan sesuai bakat dan kemampuan?

Realitanya yang terjadi dalam dunia pendidikan di campus, banyak orang-orang usia dewasa bahkan menuju lanjut usia baru memulai untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi untuk kenaikan atau perkembangan karier. Dalam hal ini saya menyimpulkan bahwa itu terlambat, karena seharusnya kita mempersiapkan akademis pendidikan sekarang, sebelum hal tersebut dibutuhkan di masa depan.

Sebagus apa pun kinerja kita di perusahaan, akan sulit untuk kenaikan jabatan jika tidak didukung dengan riwayat pendidikan yang sesuai. Tetapi jika kinerja kita di perusahaan sangat bagus hingga ada posisi/jabatan tertentu yang dibutuhkan, atasan pun tidak segan untuk mengangkat kita ke posisi yang lebih baik dari sebelumnya, apalagi didukung oleh riwayat pendidikan tinggi, sehingga kompasianer akan dinilai pantas untuk mendapatkannya.

Namun bagaimana ketika seseorang tersebut terjebak dalam keluarga yang masih belum bisa menyekolahkan kompasianer sampai perguruan tinggi?

Tidak perlu memberontak, apalagi membenci orang tuamu sendiri. Tetap lah menjadi anak yang berbakti pada orang tua, turunkan ego, dan mari berjuang sendiri.

Jika dari pihak keluarga belum bisa (bukan tidak bisa) mendukung atau memberikan fasilitas pendidikan sesuai keinginanmu, kompasianer bisa berjuang sendiri. Dan yang perlu dilakukan selain berjuang adalah mohon doa restu kedua orang tua.

Lihatlah saya. Seperti kisah saya di atas, saya pun juga tidak mendapatkan fasilitas pendidikan hingga perguruan tinggi dari keluarga karena banyak pertimbangan seperti yang sudah disebutkan.

Maka dari itu saya pun berusaha mendapatkan pekerjaan, menabung dan membiayai sekolah sendiri dari SMA, S1, hingga S2. Yang jelas biaya pendidikan itu sangat mahal, jadi kalau mau lanjut sekolah, harus benar-benar serius.

Hari Kartini

Setiap tanggal 21 April, diperingatilah Hari Kartini di Indonesia. Kebanyakan masyarakat (khususnya perempuan) pun memperingatinya dengan memakai baju kebaya beserta aksesorisnya. Padahal memakai kebaya adalah adat perempuan di masa lalu yang tetap bisa dilestarikan, tetapi tidak untuk peringatan hari Kartini saja.

Menurut saya, memaknai hari Kartini sesungguhnya di masa sekarang adalah jiwa dan semangatnya untuk mengubah paradigma perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan yang layak seperti pria pada umumnya di masa lalu, dan itu lah yang perlu kita perjuangkan pada masa sekarang.

Diskriminasi antara anak pria dan perempuan dalam hal pendidikan seharusnya tidak perlu dilakukan. Baik anak pria maupun wanita tetaplah mempunyai hak kemanusiaan untuk mengenyam pendidikan yang sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Seorang perempuan juga berhak untuk menentukan pilihan hidupnya dalam hal asmara, hingga diberi kesempatan menjadi wanita karier untuk membantu keuangan keluarga dalam rumah tangga.

Jika ujung tombak keluarga hanya bergantung pada suami, bagaimana jika ada musibah suami terkena PHK dari perusahaan atau bisnisnya bangkrut.

Setidaknya dengan memberikan kesempatan istri menjadi wanita karier, ujung tombak keluarga bisa diemban bersama. Ketika ada satu sisi ujung tombak (suami) jatuh, sisi lainnya (istri) mampu menopangnya, sehingga keluarga tidak sampai kelaparan karena tidak ada pemasukan sama sekali.

Namun yang perlu diingat bahwa istri bekerja adalah sunnah (tidak wajib), karena tetap tugas utama suami adalah mencari nafkah keluarga dan istri hanya meringankan beban suami semampunya.

Kartini dan Saya...

Saya adalah gadis yang berasal dari plosok desa, status menikah bahkan berpisah di usia belasan tahun, riwayat pendidikan pun juga pas-pasan di masa lalu. Tetapi di masa sekarang, saya merasakan bahwa jiwa Kartini ada dalam diri ini. Saya mampu mengubah situasi dan kondisi diri saya yang jalan di tempat di masa lalu, dan move on di masa depan.

Saya gagal dalam pendidikan atau sampai pendidikan standar di masa lalu, saya juga gagal dalam asmara di masa lalu faktor desakan pernikahan dini yang tidak mudah untuk ditolak. Tetapi hal-hal tersebut yang telah terjadi tidak akan saya biarkan mematahkan juga memadamkan semangat saya untuk menjemput kebahagiaan, yaitu menjadi pribadi manusia/perempuan yang merdeka.

Kegagalan demi kegagalan saya di masa lalu, saya jadikan bahan bakar untuk memompa semangat saya untuk maju dan berkembang. Karena saya meyakini bahwa setiap kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Saya pun saat ini bukan anak belasan tahun lagi, sudah menikah kembali di usia yang sewajarnya seorang perempuan. Saya sudah sukses dalam pendidikan, sukses dalam karier, dan sukses dalam asmara. 

Tidak peduli dari mana asalmu, baik itu dari plosok desa, maupun sudah menikah, asal kita punya kemauan atau tekad yang kuat, harapan dan peluang untuk meraih suatu hal besar dalam hidupmu tetap lah ada.

Jika saya perempuan bisa mengubah kehidupan saya dari Zero to Hero, harusnya kamu juga bisa hai perempuan, karena saya juga perempuan Indonesia.

Semangat!

***

Selamat hari Kartini untuk seluruh perempuan di Indonesia. 

Salam, @Alfira_2808

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun