Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Merauke. Selain buku nonfiksi, menulis narasi, cerpen, yang termuat di Zahir Publishing Yogyakarta dan beberapa penerbit lainnya; menulis esai/artikel di media online Surya Papua. Kecuali bidang filsafat, bahasa dan sastra, berminat dalam bidang pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tantangan dan Solusi yang Efektif untuk Menyelamatkan Mahasiswa di Ambang Drop Out

26 April 2024   04:50 Diperbarui: 27 April 2024   07:27 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mahasiswa drop out. (Freepik)

Keempat, mahasiswa yang merasa tidak didukung secara akademik, cenderung merasa terpinggirkan dan kehilangan motivasi. Kurangnya mentor, atau bimbingan akademik yang memadai melalui dosen wali membuat mahasiswa merasa terjebak dalam lingkaran keputusasaan.

Kelima, ada mahasiswa yang harus menghadapi beban finansial yang berat, termasuk biaya kuliah yang tinggi dan keterbatasan akses terhadap bantuan keuangan. Kesulitan ini memaksa mereka untuk mencari pekerjaan paruh waktu, yang pada gilirannya dapat mengganggu fokus dan waktu belajar mereka.

Solusi Efektif Mengatasi Drop Out Mahasiswa

Beberapa solusi berikut diharapkan dapat menyelamatkan mahasiswa dari ancaman drop out.

Pertama, perguruan tinggi harus menyediakan program atau sumber daya, yang membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan manajemen waktu dan disiplin. Hal ini termasuk seminar, workshop, atau konseling individu yang difokuskan pada peningkatan disiplin pribadi.

Kedua, mahasiswa perlu didorong untuk merancang rencana studi yang terstruktur dan realistis, yang mencakup target jangka pendek dan jangka panjang. Dengan memiliki panduan yang jelas tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan mereka, mahasiswa akan merasa lebih termotivasi dan memiliki orientasi yang jelas.

Ketiga, perguruan tinggi juga harus mendorong tanggung jawab pribadi dan otonomi mahasiswa. Hal ini mencakup membiasakan mereka pada praktik-praktik self reflection dan pembuatan keputusan yang bertanggung jawab terkait dengan pendidikan mereka.

Keempat, perlunya program mentorship antara senior dan junior, klub atau organisasi yang berfokus pada dukungan mahasiswa, dan inisiatif lain yang membangun komunitas yang peduli dan inklusif. Hal ini dapat memberikan dukungan emosional dan akademik yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

Kelima, lembaga pendidikan tinggi perlu menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses dan ramah terhadap mahasiswa. 

Program konseling, dukungan kelompok, dan advokasi kesehatan mental dapat membantu mahasiswa mengatasi tantangan emosional mereka. Termasuk di dalamnya, memberdayakan layanan dosen wali, yang sering hanya sebatas menandatangani kartu rencana studi (KRS).

Keenam, lembaga pendidikan dan pemerintah harus meningkatkan akses terhadap beasiswa berbasis kebutuhan dan bantuan keuangan lainnya. Hal ini dapat membantu mengurangi beban finansial yang memaksa mahasiswa untuk putus kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun