Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mont Blanc, 20 Tahun Lalu

26 April 2024   02:00 Diperbarui: 27 April 2024   00:05 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic: koleksi pribadi

Namun, reaksi teman-teman saya ketika saya mengatakan bahwa saya telah membeli pulpen Mont Blanc tidak seindah yang saya harapkan. Sebagian besar dari mereka tidak bisa memahami mengapa saya harus mengeluarkan begitu banyak uang untuk sebuah pulpen. "Buat apa beli pulpen mahal?" mereka berkata. "Toh nggak kepake juga!" Yang lainnya bahkan lebih jauh dengan mengatakan, "Beli pulpen jutaan akhirnya tetap dorong troley juga."

Mendengar celaan mereka, saya merasa sedikit kecewa. Mungkin saya telah terlalu impulsif dalam mengambil keputusan saya. Mungkin saya seharusnya lebih memikirkannya lagi sebelum membeli pulpen tersebut. Tapi kemudian, saya mengingat alasan di balik keputusan itu. Saya membeli pulpen Mont Blanc itu sebagai investasi dalam diri saya sendiri, dalam impian saya untuk menjadi seorang penulis sukses.

Saat itu, saya sudah memulai perjalanan kecil saya sebagai seorang penulis. Saya menulis blog secara teratur dan mulai mendapatkan pengikut yang setia. Tetapi belum pun belum tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya dalam perjalanan saya dengan kemampuan saya menulis. Kemudian, pada tahun 2004, dua tahun setelah saya membeli pulpen Mont Blanc, saya menerbitkan buku pertama saya!

Pada awalnya, saya tidak benar-benar tahu apa yang akan saya capai dengan menulis. Saya hanya tahu bahwa saya memiliki suatu panggilan untuk berbagi cerita dan pemikiran saya dengan dunia. Tapi seiring waktu berlalu, saya menyadari bahwa menulis adalah panggilan yang lebih dari sekadar hobi atau profesi. Ini adalah cara saya untuk menyampaikan gagasan, mempengaruhi orang lain, dan meninggalkan jejak di dunia.

Pulpen Mont Blanc itu menjadi simbol semangat dan tekad saya sebagai seorang penulis. Meskipun pada awalnya banyak orang yang meragukan kemampuan dan potensi saya, saya tidak pernah menyerah. Saya terus menulis, terus belajar, dan terus berkembang sebagai penulis.

Kemudian, satu per satu, buku-buku saya mulai diterbitkan. Setiap kali saya menyelesaikan naskah baru, saya merasa seperti mencapai puncak gunung yang tinggi. Rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan kepuasan melihat karya saya terbit dalam bentuk buku yang nyata.

Namun, di balik kesuksesan itu, ada juga tantangan dan kegagalan yang harus saya hadapi. Ada saat-saat ketika saya merasa frustasi dan putus asa, meragukan kemampuan saya sebagai penulis. Tapi setiap kali saya merasa down, saya selalu mengingat kata-kata bijak dari seorang penulis terkenal, "Menulis adalah tentang menangis pada bagian terberat dalam hidup Anda dan tertawa pada bagian terindahnya."

Saya belajar untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan tumbuh. Setiap kali saya mendapat penolakan dari penerbit, saya melihatnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki dan memperkuat karya saya. Dan akhirnya, usaha saya membuahkan hasil. Setiap buku yang saya terbitkan, setiap kata yang saya tulis, adalah bukti dari ketekunan dan keteguhan hati saya sebagai seorang penulis.

Saat ini, pulpen Mont Blanc itu sudah berusia 20 tahun. Meskipun usianya telah bertambah, keindahannya tidak pudar. Setiap kali saya menggenggamnya, saya merasakan kekuatan dan kebanggaan atas perjalanan hidup ini. Pulpen itu adalah saksi bisu dari perjalanan panjang saya melewati susunan kata dan kalimat kehidupan.

Sekarang, ketika saya melihat kembali perjalanan hidup saya, saya menyadari betapa berharganya setiap langkah yang saya ambil. Setiap tantangan, setiap kegagalan, setiap kemenangan telah membentuk saya menjadi saya sekarang. Dan saya tahu bahwa perjalanan saya sebagai seorang penulis belum berakhir. Masih banyak cerita yang harus saya tulis, masih banyak sisi kehidupan yang harus saya bukukan.

Saya teringat kisah seseorang yang memiliki motor tua, ditawar ratusan ribu oleh tukang loak, dan dihargai hanya jutaan oleh bank sebagai jaminan pinjaman. Namun dihargai ratusan juta oleh kolektor motor tua yang tahu nilai motor tersebut. Kisah itu mengajarkan saya bahwa tempat kita dihargai sesuai dengan potensi dan kemampuan kita. Dan kita akan tumbuh berkembang apabila kita berada di lingkungan yang tahu 'harga' kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun