Mohon tunggu...
Afzar Harianja
Afzar Harianja Mohon Tunggu... Lainnya - Bhumi

Bumi Pertiwi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Migrasi Peradaban Sunda ke Sindhu

19 April 2024   13:08 Diperbarui: 19 April 2024   13:13 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PT. Gramedia Pustaka Utama

Aneh Tapi nyata, bagi Masyarakat awam China atau Chinese, hingga saat ini pun orang Indonesia atau orang India adalah Intu, warga Shintu atau Shintuh. Mereka justru mengapresiasi persamaan diantara kita.

Istilah-istilah India, Indonesia, Indies, Indo, bahkan Indigenous untuk warga  Asli di manapun – Red Indian di Amerika, Aborigin di Benua Australia, dan lainnya – jadi bukan sekedar pribumi India dan Indonesia – semuannya bersumber dari satu kata yang sama : Sindhu.

Jika Anda memperhatikan peta bumi, seluruh wilayah peradaban ini memberi kesan gambar seekor singa. Setidaknya sejak 2.000-an tahun, seperti inilah bentuk geografis wilayah peradaban kita. Oleh karena itu, Raja Ashoka (304-232 SM), memilih singa sebagai logo kerajaannya yang kemudian diadopsi oleh Republik India Modern.

Fakta-Fakta Historis Ini Perlu Kita Ketahui, supaya terbebaskan dari ilusi bahwasanya Hindu adalah kepercayaan atau budaya impor dari India. Tidak. Kita di dalam wilayah Peradaban Sindhu atau Hindu, memang mewarisi akar budaya yang sama, peradaban yang sama, filsafat hidup atau Dharma yang sama.

Kepercayaan-kepercayaan asli di seluruh wilayah peradaban ini; bahkan nilai-nilai unggul dalam budaya-budaya kuno di seluruh dunia bersumber dari satu induk yang sama: Sindhu atau Hindu dalam pengertian generik Peradaban Sindhu atau Hindu.

Anggapan Bahwa Hindu Bali Beda Dari Hindu India; Hindu Jawa beda dari Hindu Bali; apa yang sekarang kita sebut kepercayaan-kepercayaan awal di suatu tempat dari kepercayaan-kepercayaan awal di tempat lain, dan sebagaiannya dan seterusnya – adalah benar selama konteksnya adalah adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan  yang memang subject to change – dapat berubah-ubah berdasarkan  jati-desa-kala-samaya dan patra – latar belakang suku, tempat kelahiran maupun tempat tinggal, waktu, keadaan dan segala perbedaan duniawi atau material lainnya termasuk pelaku dari adat-istiadat tersebut.

Namun Jika Konteksnya Adalah Dharma, maka tiada dualitas dalam Sindhu atau Hindu Dharma – sejak awal satu dan sama. Sejak awal sudah demikian, dan di kemudian hari pun nilai-nilai luhur Dharma bersifat Sanatana, Sama, Langgeng, Abadi.

Kiranya perlu saya ulangi dan tegaskan Kembali bahwa suara-suara demikian; teori-teori yang membedakan Dharma seperti itu – hanya akan melemahkan kita sendiri, dan sesungguhnya memang tidak sesuai dengan nilai-nilai kita sendiri.

Sayang, Beribu-Ribu Kali Sayang – buku-buku Pelajaran kita tidak mengungkapkan hal-hal seperti ini. Bahkan banyak pula dosen-dosen kita yang masih terpengaruh  oleh tulisan-tullisan sebelum 1970-an, Dimana Hindu dikaitkan dengan kaum Arya, yang kemudian disebut berasal dari wilayah lain, di luar wilayah peradaban kita sendiri.

Celakannya, bangsa Arya ini ditampilkan sebagai bangasa yang menginvasi wilayah peradabaln kita, kemudian menggusur kepercayaan-kepercayaan dan budaya asli pribumi. Hasil rise, penelitian dan penggalian di wilayah perbatasan antara India dan Pakistan, negara bagian Gujarat, Haryana dan lainnya – sudah membuktikan tanpa keraguan apa pun bahwa anggapan-anggapan sebelumnya itu keliru semua.

Tulisan-Tulisan Kita Sendiri, Termasuk Veda tidak menyebut Arya sebagai kaum pendatang. Arya adalah sebutan generik bagi mereka yang beradab, the civilized people, mereka yang berakhlak, mereka yang mulia dan memuliakan. Bahkan dalam Dhammapada, yang memuat inti ajaran Buddha Siddharta Gautama, sebutan Arya masih tetap digunakan dalam konteks tersebut. Sang Buddha menjelaskan kualitas-kualitas seorang Arya, kualitas-kualitas yang mulia dan memuliakan. Jadi Arya bukanlah sebutan bagi suatu kaum atau bangsa tertentu. Anggapan demikian keliru adanya.

 

(Anand Kirishna.Sindhu Samskriti : Nilai-nilai Luhur Warga Bumi. Pusat Studi Veda dan Dharma)

Input sumber gambar
Input sumber gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun