"Di sebelah mana kantornya?"
"Dekat dengan ATM B**** di Blok M,"Â
Pernah mengarahkan seseorang untuk mencari alamat, dengan penunjuknya adalah bangunan ATM? Saya mungkin salah satunya. Karena tempat bekerja tak jauh dari bilik ATM milik salah satu Bank BUMN. Posisinya tepat berada di pinggir jalan provinsi, menghubungkan lintas kabupaten.
Ada juga yang lain, cuman agak jauhan. Tak heran, banyak warga yang tau lokasinya. Bisa jadi karena sering bertransaksi di situ. Percakapan di atas adalah kejadian di Hari Jumat lalu. Salah seorang nasabah dari luar kota hendak datang ke kantor dan minta diarahkan.
Sudah biasanya, entah tinggal di seputaran kota, atau berdomisili di desa-desa yang jaraknya 10 kilo hingga 30 kilo, menyebut nama Blok M dan dekat ATM itu, bisa dipastikan mereka tak akan kesasar alias tersesat.Â
Apalagi bila sering belanja ke pasar tradisional terbesar yang berjarak 100 meter dengan kantor. Kini sudah setahun lebih pasar tersebut di bongkar dan direnovasi.
Para pedagang direlokasi ke areal baru. Dulunya di depan maupun di belakang pasar tersebut, juga tak berdiri bilik ATM. Paling dekat, ya ATM ini di dekat kantor.Â
Hal menarik adalah tak sedikit orang sama seperti contoh saya di atas. Ini tak hanya mengarahkan untuk datang ke kantor. Tapi bisa juga memandu seorang atau sekelompok orang menuju ke suatu tempat pertemuan, lokasi hajatan atau mencari alamat rumah.Â
Ketika browsing kapan sih mulai ada di Indonesia, saya membacanya di Situs Historia. Anjungan Tunai Mandiri yang biasanya disingkat ATM itu, mulai dibangun tahun 1987 oleh salah satu bank di tanah air. Dihitung -hitung usianya kini sudah 33 tahun.
Meski sejarahnya di dunia, Amerika Serikat adalah negara pertama yang menggunakan mesin transaksi ini di tahun 1961. Selanjutnya Jepang tahun 1966, Inggris 1967, Swedia 1968 dan terus diikuti oleh berbagai negara.Â