Mohon tunggu...
Ade Ira Cahyanti
Ade Ira Cahyanti Mohon Tunggu... Perawat - A nurse

life is about how useful you are

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Fenomena "Pasangan Berseragam", Benarkah Lebih Awet?

18 Juni 2020   20:28 Diperbarui: 19 Juni 2020   17:03 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pasangan perawat. (sumber: freepik.com)

Anggapan bahwa seorang perawat akan selalu menikah dengan seseorang yang berseragam rasanya sudah menjadi rahasia umum. Entah dari mana asal mulanya anggapan ini menjadi begitu kental dan tak jarang menjadi perbincangan publik. 

Setelah sekian lama tak mengingat label seperti ini, sore ini Aku dikejutkan dengan seorang sahabat yang men-tag namaku ke sebuah postingan akun di instagram yang memperbincangkan tentang perawat dan pilihan jodohnya. 

Pada akhirnya Aku jadi penasaran dan membaca satu persatu isi kolom komentar dari postingan tersebut. Beberapa komentar ada yang membuatku tertawa terbahak-bahak karena kelucuan dan kepiawaian jari netizen dalam hal mengetik kata-kata. 

Ada juga yang merespon nya dengan kalimat yang tak cukup baik. Keadaan seperti ini membuatku harus mengenang kisah beberapa tahun silam. 

Eits bukan kisah asmara lho yaa yang mau dikenang he he he . Tetapi kisah ini apa adanya, bukan ada apanya (gimana sih jadinya yang bener!!).

Jadi begini ceritanya ..

Saat masih duduk di bangku kuliah keperawatan, pernah suatu ketika aku pulang dari rumah sakit dan mampir ke sebuah tempat fotokopi . Secara tidak sengaja bertemu dengan seorang teman lama, Arif namanya. 

Mungkin sudah hampir 7 tahun lebih kami tidak berjumpa. Tetapi saat itu ternyata Arif tidak sendirian, lalu Arif memperkenalkan Aku dengan temannya. 

Aku tahu itu hanyalah sebatas hal basa-basi. Tapi belum sempat berkenalan, Aku dibuat jengkel dengan temannya yang menyeletuk begitu saja 

"Ngenalin gini enak kalau benar-benar boleh kenal, Aku mah apa bukan orang yang berseragam. Cuma masyarakat sipil. Jadi mundur dehh" 

Aku memilih untuk tidak menanggapi, ya mau bagaimana, kenal denganku saja belum. 

Teringat satu hal lagi, waktu Aku pergi ke toko sepatu sepulang dari rumah sakit, si Mas penjaga toko tersebut memang awalnya terlihat sibuk berbincang bincang dengan orang lain tapi aku memutuskan untuk fokus mencari sepatu yang akan kubeli. Aku juga tidak merasa ingin tahu topik apa yang sedang mereka bicarakan. 

Anehnya, entah ada angin apa tiba-tiba dengan ketusnya si Mas berkata "Ya kalau perawat itu maunya sama yang berseragam, gak selevel lah sama yang kita kita gini, kalo ga percaya tanya aja sama mbak ini (sambil menengok ke arahku). Iya kan mbak? ". 

Sontak Aku dibuat kaget dan tak ada keinginan untuk menjawab sepatah kata apapun. Sampai sekarang Aku bahkan tak bisa memahami apakah saat itu si Mas penjaga toko sedang berusaha bercanda padaku untuk mencairkan suasana atau bagaimana sih. 

Kurang lebih seperti itu hal yang pernah kualami. Tak dapat dipungkiri, pada dunia nyata pun memang banyak dijumpai seorang perawat ataupun bidan menikah dengan seorang yang berprofesi sebagai abdi negara seperti polisi ataupun tentara. 

Tapi rasanya hal itu hanya sebuah kebetulan saja bukan? dan pernikahan itu terjadi karena keduanya memang berjodoh. Lagi pula, tak semua perawat ataupun bidan akan berpasangan dengan abdi negara. 

Begitupun juga sebaliknya. Saat hati jatuh cinta, dan takdir sepakat menyatukan keduanya. Apalagi yang bisa dikata. Toh profesi bukanlah hal yang harus dibanding-banding kan. 

Justru antara satu profesi dengan profesi lain akan membentuk sebuah tatanan kehidupan. Tak elok rasanya kalau perbandingan disangkutpautkan ke dalam dunia pernikahan. Setiap orang pun mempunyai hak untuk memutuskan dengan siapa mereka akan menikah. 

Tak ada alasan untuk merasa tersinggung. Justru fenomenia ini menjadi bahan introspeksi diri. Bukankah sejatinya semua kejadian dihidup ini sudah diatur oleh Tuhan Yang maha Esa? 

Jodoh, Rezeki dan Maut, Tuhanlah yang memiliki kuasa di dalamnya. Mau bagaimanapun memaksakan kehendak untuk bersama, yang bukan jodoh akan menjauh cepat atau lambat dan yang berjodoh akan bersatu dengan jalan yang tak disangka-sangka. 

Selain itu mengingat hal seperti ini memunculkan tanda tanya besar di dalam hati. Bukankah pernikahan harus dilengkapi dengan rasa saling mengerti, menerima keadaan kekurangan dan kelebihan. Apakah cinta dan pernikahan hanya memandang dan ditentukan oleh profesi?. 

Lalu bagaimana nanti kalau sebuah profesi lekang oleh waktu, apakah cintanya juga akan menghilang? Kalau begitu di mana letak bahagianya? Selektif memilih pasangan memang langkah yang baik, akan tetapi membeda bedakan profesi bukanlah hal yang cukup bijak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun