Sabtu (24/2) itu, sepertinya menjadi hari yang tidak terlupakan bagi warga Tulunggagung, karena kedatangan Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kedatangan SBY langsung membuat suasana seperti keramaian biasa, menjadi sorak-sorai penuh keceriaan.Â
"Ada Pak SBY!" salah satu warga berseru sambil berlari-lari kecil menuju ke arah SBY. Sesampainya di sana ternyata, SBY sudah dikerumuni oleh puluhan warga.Â
"Yah. ga keliatan," sambil terus mencari celah untuk mendekat ke SBY. Perjuangan salah seorang warga tersebut ternyata membuahkan hasil, ia tepat berada depan SBY. Ia kemudian menjabat tangan SBY. "Seneng banget. Seneng banget bisa ketemu, Pak SBY,' ujarnya dengan logat Jawa yang khas.
SBY dan Tulunggagung memiliki cerita manis. Kala itu, pada Pilpres 2004, detik-detik terakhir pengumuman presiden, SBY berada di Tulungagung bersama Margiono. Sambil menonton pertunjukan wayang, dengan niat yang baik dan ikhlas, Allah meridhai dan mengabulkan doa SBY menjadi presiden. Â Itulah pertama kali presiden yang dipilih secara langsung dan demokratis.Â
Kali ini ceritanya sedikit berbeda. Sekarang Margiono lah yang tengah berjuang memenangkan pemilihan bupati dan wakil bupati di Tulungagung.
Apalagi sebagai pemimpin, tokoh pewayangan harus menjadi salah satu tuntunan hidup agar dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Adapun tokoh pewayangan yang menjadi tuntunan dan panutan adalah Semar. Ia mencintai rakyatnya. Lalu, ada Kresna yang memiliki kecerdasan dan strategi yang matang. Selanjutnya ada Arjuna yang memiliki kemampuan untuk mengemban tugas.