Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - Pengajar dan buruh tani separuh hati di kampus desa

menulis dan bercerita tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akademisi: "Boleh Salah" tetapi "Tidak Boleh Berbohong"

23 April 2024   13:15 Diperbarui: 23 April 2024   13:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://pps.unj.ac.id

Kontroversi ini menyoroti masalah yang lebih luas dalam dunia akademik Indonesia terkait dengan kultur publikasi yang mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas.

Polemik seputar praktik publikasi ilmiah tidak terlepas dari fenomena produksi makalah yang mencengangkan. 

Digdowiseiso diketahui telah menghasilkan jumlah makalah yang mencapai 679 dalam satu tahun, namun sebagian besar diterbitkan di jurnal-jurnal yang dicurigai sebagai jurnal predator (kompas.id, 18 April 2024).

Sejumlah pihak mengatakan, Kasus Kumba Digdowiseiso sebagai fenomena puncak gunung es. Banyak sekali kasus serupa yang terjadi berbagai perguruan tinggi. Bahkan ada yang mengatakan, kasus ini bukan hanya masalah integritas akademik, tetapi 80 persen-75 persen ini madalah sistematik (https://nasional.tempo.co, 18 April 2024).

Demikian kultur akademik di Indonesia sering mendorong para akademisi untuk mengejar pangkat dan tunjangan dengan menerbitkan tulisan-tulisan yang kurang bermanfaat, bahkan jika itu berarti mengorbankan integritas ilmiah.

Perubahan Struktural dan Sistemik

Kasus Kumba Digdowiseiso harus dijadikan sebagai momentum untuk merenungkan kembali nilai-nilai dan prinsip-prinsip kejujuran dan integritas yang seharusnya menjadi landasan dari dunia akademik. Untuk mengatasi masalah ini, perubahan paradigma diperlukan dalam dunia akademik Indonesia secara struktural dan sistemik. 

Kualitas harus ditempatkan di atas kuantitas dalam penelitian ilmiah. Fokus seharusnya bukan hanya pada angka-angka dan peringkat, tetapi juga pada kontribusi nyata terhadap kemajuan pengetahuan dan masyarakat dengan tetap berpegang pada kejujuran dan integritas ilmiah.

Penilaian kinerja akademisi harus mencakup berbagai aspek, termasuk kualitas penelitian, dampaknya terhadap masyarakat, dan integritas ilmiah.

Diperlukan juga peran aktif dari komunitas akademik untuk menentang praktik-praktik yang merugikan ini.

Kolaborasi antara universitas, jurnal ilmiah, dan asosiasi akademik dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung penelitian berkualitas dan etika ilmiah yang tinggi. Upaya untuk meningkatkan literasi publikasi ilmiah dan memperkuat peer review juga sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun