Mohon tunggu...
kiki esa perdana
kiki esa perdana Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati komunikasi politik dan penggemar sepakbola

mengajar komunikasi pada beberapa universitas, menarik perhatian pada isu komunikasi politik dan budaya penonton sepakbola, pengambilan tulisan untuk kepentingan penelitian, bebas ga perlu izin, tapi mohon harap dicantumkan sumber data nya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Jadi Dosen

19 April 2024   19:12 Diperbarui: 20 April 2024   04:59 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjalani profesi sebagai dosen adalah sebuah tantangan di Indonesia. Setiap semester dosen dibebani dengan mengajar, meneliti, dan melaksanakan pengabdian masyarakat. Semuanya mesti ada proposal yang diajukan, bukti, dan laporan yang cukup detail. Memang pemerintah memberikan dana tunjangan sertifikasi untuk para dosen dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Namun, sayangnya tidak semua dosen mendapatkan sertifikasi dosen. Ada yang masih dalam proses. Ada pula yang terlewat untuk menjalankan satu bagian dari tri dharma perguruan tinggi dalam satu semester, sehingga ia harus menunggu dua tahun. Ada pula yang tidak punya dana untuk beragam tes persyaratan, seperti tes bahasa Inggris, potensi akademik, dan pekerti. Dana yang dibutuhkan untuk tes persyaratan itu nominalnya lumayan besar bagi kami.

Haruskah saya iri dengan seorang teman yang menjadi dosen di sebuah universitas swasta di negara tetangga? Baru lulus program doktor, ia masuk universitas swasta dengan gaji setara Rp 20 juta per bulan.

Saya lihat, membiarkan dosen PTN atau PTS diupah kecil hanya membuat pendidikan tinggi kita bertarung dalam masalah yang sama dari tahun ke tahun, yaitu urusan kesejahteraan para dosennya; Bukan masalah perbaikan riset guna meningkatkan persaingan global, bukan pula menciptakan lulusan yang berkualitas dan berguna di masyarakat, dan seterusnya.

Dengan kondisi kesejahteraan yang belum selesai, banyak dosen terpaksa mencari pekerjaan sampingan. Dampaknya, dosen tak maksimal menjalankan tugas utamanya, yakni melayani mahasiswa dan meneliti. Pada beberapa kasus, rendahnya pendapatan dosen ini membuat dosen rentan terjerat dalam praktik manipulatif-koruptif. Misalnya, jual-beli paksa buku perkuliahan hingga membuka jasa pembuatan skripsi (!). Hal lain bisa ditanyakan kepada mahasiswa: Saat bimbingan atau saat kelas berlangsung, apakah mereka pernah menjumpai dosen izin tidak hadir karena sibuk di tempat lain? Saya yakin banyak yang menjawab pernah.

Oleh karena itu, jika pemerintah ingin universitas di negeri ini menjadi world class university, menciptakan world class researcher, apalagi ingin menjadi universitas berbasis riset untuk PTN atau PTS dalam negeri, masalah kesejahteraan ini sangat perlu diperhatikan. Afterall, ini semua tentang political will saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun