Mohon tunggu...
Ghulam Zaky
Ghulam Zaky Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengurangi Tidak Peduli

1 Februari 2017   14:40 Diperbarui: 1 Februari 2017   14:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita membutuhkan 4 dunia untuk bisa memenuhi semua orang dengan tingkat konsumsi rata-rata penduduk AS. Kita menghabiskan sumber daya 1.5 dunia yang berarti konsumsi kita melebihi 50% dari sumber daya yang bisa direcovery oleh bumi per tahun. Suhu temperature dunia sudah naik 0.6oC dan diprediksi akan terus naik. Climate Change Conference di Paris hanya menghasilkan kesepakatan menahan global warming dibawah 2oC. Es di kutub terus mencair dan Beruang Kutub terlihat sangat kurus pada beberapa tahun terakhir.

kita hidup pada zaman di mana manusia memiliki pilihan konsumsi paling besar dan banyak sepanjang sejarah, sekaligus paling tidak berkelanjutan. Ironisnya, sangat sedikit pihak yang mengambl langkah serius untuk menghentikan ini semua. Pelaku bisnis global kapitalis banyak yang tidak peduli, yang penting adalah profit. Mengapa manusia menciptakan hasil yang tidak ada seorang pun menginginkan?

Mindset bisnis dan kelompok kepentingan saat ini menggunakan model kolom-kolom yang terpisah dimana tiap kepentingan hanya mementingkan kolom miliknya sendiri dan menganggap kolom lain sebagai externalities,sesuatu yang tidak perlu diperhitungkan dari segi cost dan dibebankan pada masyarakat. Ekonomi kita berjalan menurut ego-centric. Industry tidak menghitung penyakit yang timbul akibat polutan udara sebagai biaya, spekulan tidak peduli dengan bubble yang diciptakannya melalui transaksi spekulatif non real, dan LSM pecinta lingkungan melarang seorang pun masuk ke hutan lindung termasuk masyarakat sekitar hutan yang sudah bersama hutan selama ratusan tahun.

Dewasa ini mulai bermunculan interest group yang saling bernegosiasi untuk mengurangi externalities tiap-tiap pihak. Negosiasi ini berusaha menghubungkan kolom-kolom kepentingan yang ada dengan jembatan yang saling terhubung. Contoh umum misalnya Pemerintah membuat peraturan dan serikat buruh melakukan demonstrasi.

Namun, dunia kita tidak dapat bertahan terus menerus pada negosiasi interest groups ini. Externalities yang dikurangi sangat terbatas dan output yang dihasilkan membutuhkan pengawasan dan cenderung setengah hati. Industry mengurangi carbon footprint sekedar green wash untuk menutupi polusi yang sebenarnya, CSR dilakukan sekedarnya ibarat merampok besar-besaran di malam hari namun memberikan uang receh pada korban di siang hari.

Kita sebagai system masyarakat manusia harus bisa berubah. Kedewasaan kita sebagai makhluk penguasa bumi sedang diuji di tengah berbagai krisis yang terjadi. Bumi kita tidak lagi mampu menahan ego-centric manusia lebih lama lagi. Individu maupun kelompok harus merubah mindset kolom-kolom kepentingan yang terpisah menjadi suatu bangunan yang satu sebagai masyarakat dunia. Berhenti bersikap masa bodoh dan mulai mendengar pihak-pihak external yang terkena imbas externalities kita. Berubah dari ego-centric menjadi eco centric. Bagaimana caranya? Tahap awal paling mudah adalah dengan mendengar.

Mendengar? Ya, Mendengarlah! Dengarlah suara buruh yang dibayar terlalu murah hingga tidak mampu makan 3x sehari, dengarlah tangisan anak-anak yang sesak napas akibat kebakaran hutan, dengarlah pelaku bisnis kecil yang bangkrut akibat monopoli pemain besar, dengarlah harimau yang masuk kampung dan ditembaki padahal habitatnya sudah hilang, dengarlah rintihan penduduk afrika yang kelapran akibat kekeringan berkepanjangan, dengarlah rintihan bumi ini sedang sekarat, dengarlah! Dengarlah!

Dengan mendengar akan timbul pemahaman, emphaty, dan aksi yang akan membuat kita berpikir dari berbagai sudut pandang. Bagaimana jika saya yang terkena dampak polusi pabrik saya? Bagaimana jika saya yang menjadi korban banjir akibat hutan gundul? Bagaimana jika? Bagaimana jika?

Perbanyaklah mendengar, itulah mengapa Allah menciptakan manusia dengan 2 telinga dan satu mulut, agar manusia banyak mendengar dan sedikit berbicara. Mulailah mendengar, sebarkan, dan lihatlah dunia menjadi lebih baik.

Disadur dan diringkas dari buku:

Schramer, Otto & Kaufer, Katrin. (2013). Leading From The Emerging Future: From Ego-System to Eco-System Economies. Oakland: Berret-Koehler Publishers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun