Mohon tunggu...
Maya Sulie
Maya Sulie Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Orang MUDA yang ingin tetap MUDA dan mendambakan iman awet MUDA\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkinkah Dia Itu...???

11 April 2014   17:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:48 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagaimana laporanmu Ver, tanya Mira padaku. Kegiatan bulan ini benar-benar menguras waktu dan tenagaku. Jadi, aku belum sempat mengerjakan laporan bulananku. Arrrgghhh,, laporan bulanan buatku galau, baru saja beberapa bulan yang lalu bebas dari skripsi, berarti aku bebas dari yang namanya ketik-mengetik, (tarian jari-jariku diatas keyboard sepertinya belum juga berakhir), analisa masalah, intervensi dan sebagainya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.



Ternyata, laporan bulanan lebih cetar membahana badai,, JJJ.Lebih menyenangkan mengerjakan skripsi dibanding laporan bulanan, kalau skripsi lebih banyak bonusnya, bonus bertemu penjaga perpusyang masih muda dan berwajah tampan, uang saku bertambah ( dengan alasan membeli buku sumber), urusan ketik mengetik, adik- adik kost bisa dimintai tolong ( dek, kk capek tolong di bantu yach). Nah,,laporan bulanan banyak ini itunya.



Yach, Vera kamu terlalu menghabiskan waktu untuk membuat perbandingan, Mira memotong pembicaraanku. Sebenarnya aku belum konsen mengerjakan laporanku Mir, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Apa Ver? Tanya Mira (orang ini rasa ingin tahunya tinggi ).



Pertama kali sosialisasi tentang program kita, perhatianku hanya tertuju pada seorang wanita paruh baya, senyum diwajahnya mulai pudar, tatapannya kosong, kerutan diwajahnya tak mampu menyembunyikan kecantikannya. Hari berikutnya, karena gegabah dan kurang hati-hati jariku terjepit pintu. Wanita yang tak kuketahui siapa namanya membantuku agar darah dijariku berhenti mengalir, dengan setengah berlari ia mengambil sehelai daun pepaya, menguyahnya hingga hancur dan menempelkan pada jariku yang terluka. Pada saat santap siang bersama, ia mengambil segelas air minum untukku, dan menyuruhku kerumahnya untuk mengambil buah-buahan sebagai oleh-oleh dari desa. Aku sendiri merasa ibu paruh baya ini begitu perhatian padaku. Sebelum pulang ke rumah, ia memberiku sebuah kotak yang dibungkusnya dengan koran bekas, setibanya dirumah aku membukanya, dan aku benar-benar terkejut ternyata beliau memberiku sebuah Rosario.



Rasa penasaranku semakin tinggi, pada saat sosialisasi hari ketiga,pada waktu istirahat ia menghampiriku dan bertanya, bagaimana keadaan ibumu, apa sudah sehat? (darimana dia tahu kalau ibuku sakit) jarak rumahku dengan desa tempat tinggalnya sangat jauh, media komunikasi (HP) juga tak bisa digunakan didesa karena tak ada signal. Lagi pula tak ada kenalan ataupun kerabat ibuku didesa tempatku tugas.



Sebulan kemudian, aku ditugaskan lagi kedesa untuk pendataan, dari rumah niatku bertemu dan bertanya banyak hal pada wanita yang tak kuketahui identitasnya, tapi begitu perhatian padaku. Selesai pendataan aku bertanya pada salah satu tokoh masyarakat, pak,” ibu yang kemarin memakai kebaya putih dan paling aktif bertanya pada saat sosialisasi “, kenapa hari ini tidak hadir? Apa ibu itu sakit. Dengan wajah sedih beliau mengatakan “ia sudah dipanggil Tuhan beberapa hari yang lalu, aku terkejut juga menyesal belum sempat aku menanyakan namanya, belum sempat aku membalas kebaikan serta perhatiannya padaku, ia sudah tiada.



Pertanyaanku belum juga terjawab, siapa beliau? Mengapa ia ikut hadir pada saat sosialisasi, sedangkan ia berasal dari desa sebelah, jelas-jelas dalam peraturanwarga dari desa lain tidak diperbolehkan ikut, karena setiap desa sudah termasuk dalam program kerja yayasan tempatku bekerja, hanya saja jadwal sosialisasinya berbeda. Mengapa ia begitu perhatian padaku?



“ Berharap suatu saat pertanyaanku itu bisa terjawab”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun