Sejak ditemukannya batu bacan yang beratnya 1 ton lebih,pemerintah mulai ngeh'.Padahal selama ini masyarakat bebas mengambil/menambang batu di lahannya sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah.Kehidupan masyarakat yang mulai membaik sekarang tiba2 harus gigit jari karena selain lahan tempat biasa mereka mengais rejeki di police line,warga juga dilarang untuk menambang sampai ada keputusan hukum.
Sampai kapan pemerintah menutup tambang?bagaimana nasib warga di kepulauan Bacan yang selama ini menghidupi keluarganya dari hasil tambang..???Sejak berpuluh-puluh tahun batu bacan digali tidak ada reaksi apa-apa dari pemerintah,lalu kenapa sekarang pemerintah mau buat peraturan baru?Apakah peraturan baru yang akan dibuat pro rakyat atau malahan hanya untuk kepentingan bisnis semata?
Ketika saya jalan-jalan dan sempat ngobrol dengan penjual batu mereka hanya bisa menunjukan ke saya batu-batu yang bukan jenis Bacan Doko dan Bacan Palamea.Karena stoknya sudah mulai berkurang.Kelangkaan ini membuat batu bacan semakin mahal harganya.
Sampai kapan tambang ditutup..??''Sampai ada keputusan pemerintah dan diterbitkannya Peraturan Daerah(PERDA)''.jawab salah seorang teman penambang saya.Dia terpaksa nganggur karena belum ada pekerjaan Setelah puluhan tahun penambangan batu bacan oleh rakyat setempat tanpa ada campur tangan pemerintah dan sekarang harus dibuat peraturan baru tentang penambangan batu bacan.
Laahh ....kalo peraturannya aja belum ada,mengapa tambang ditutup dan batu yang beratnya 1 ton itu kemana??Ikan kecil selalu jadi mangsa ikan besar,yang lemah selalu di bully yang kuat.Tuhan tidak berpangku tangan melihat semua ini.
Sementara yang jualan sayur kembali jualan sayuran dulu yaa demi isi perut.
Lihatlah bapak-bapak kita yang akan buat peraturan perutnya semakin gendut karena kebanyakan diisi sehingga tak ada ruang,sementara pekerja tambang harus terpaksa mencari rejeki ditempat lain demi menafkahi keluarganya.Urusan perut tidak akan pernah selesai hingga kita berkalang tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H