Mohon tunggu...
Zyah El Qonita
Zyah El Qonita Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi pendidikan sejarah di Universitas Negeri Jakarta angkatan 2011... Penuntut Ilmu Syar'i yang terobsesi ingin menjadi istri dan ibu yang shalihah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat Empat Istri

29 Desember 2012   07:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:51 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

HIKAYAT EMPAT ISTRI

Konon kabarnya ada seorang raja yang memiliki empat orang istri. Istri keempat adalah istri yang paling disayangi dan dicintainya. Dia sangat tergila-gila kepadanya, apapun dilakukannya untuk membahagiakan istri keempat ini. Istri ketiga juga disayanginya luar biasa. Tetapi sang raja merasa dia tidak begitu setia, mungkin suatu saat dia akan berpaling kepada orang lain. Istri kedua pun memiliki tempat khusus dihatinya, kepadanyalah sang raja suka mencurahkan isi hati dan mengadukan masalah-masalah pelik yang dihadapinya. Wanita ini seorang pendengar yang baik dan suka memberikan jalan keluar yang cukup menenangkan hati sang raja. Istri pertama, wanita yang malang yang tidak pernah dihiraukan oleh raja, padahal sang istri sangat mencintai dan setia kepadanya bahkan berperan penting dalam melanggengkan kekuasaan raja.

Saatnya pun tiba, sang raja jatuh sakit. Dia merasa bahwa ajalnya segera tiba, lalu berkata-kata dalam hatinya, “aku memiiki empat orang istri, aku tidak ingin dimakamkan sendirian.”

Raja pun memanggil dan bertanya kepada istrinya.”Engkau tahu bahwa Aku lebih mencintai dan menyayangimu daripada istri-istriku yang lain, seluruh permintaan dan kehendakmu selalu Aaku penuhi. Sekarang sudikah Engkau menemaniku dalam kuburanku???” Dia menjawab “mustahil” lalu berlalu tanpa berkata-kata sepatahpun.

Raja kemudian memanggil istri ketiga,” Bagaimanapun Aku selalu mencintai dan menyayangimu. Oleh karena itu sudikah Engkau menemaniku dalam kuburku??” si Istri menjawab ,”tentu tidak bisa, hidup ini begitu indah, jika paduka meninggal saya masih bisa menikah lagi dengan laki-laki lain.”

Raja tidak bisa berbuat apa-apa, lalu diapun memanggil istri kedua kemudian berkata,”Engkaulah yang selalu menjadi tempatku mengadu dan berbagi, Engkau selalu memberikan yang terbaik kepadaku, kali ini sudikah Engkau menemaniku dalam kuburku?” sang istri menjawab,”maaf paduka, saya hanya dapat mengantar baginda sampai pusara.”

Rasa kecewa sang raja tumpang tindih mendengar jawaban demi jawaban para istrinya. Dia mulai berputus asa ketika tiba-tiba dari kejauhan sebuah suara berkata-kata,” Saya akan menemani paduka dalam pusara baginda dimana saja baginda berada!” Sang raja pun memandang kepada pemilik suara. YA Istri pertamanya, wanita kurus kering yang merana karena ditelantarkan dan disia-siakan oleh suaminya sendiri. Maka sang raja pun tidak dapat menyembunyikan rasa sesalnya, dalam duka Ia berkata,” Seharusnya saya memberikan perhatian lebih kepadamu daripada istri-istriku yang lain. Seandainya umurku panjang aku akan lebih memperhatikanmu lebih daripada mereka.”

Pembaca tercinta, sesungguhnya masing-masing kita memiliki empat pasangan hidup. Istri yang keempat adalah fisik kita sendiri. Bagaimanapun kita merawatnya namun adalah pasti, kegagahan dan keindahan fisik itu pergi begitu kita meninggal dunia.

Istri ketiga ialah harta benda yang kita miliki, begitu kita meninggal Ia pergi dan berpindah tangan kepada orang lain.

Istri kedua ialah keluarga, handai tolan, dan kawan. Betapapun setianya pengorbanan mereka berikan, jika kita telah tiada jangan berharap lebih dari sekedar mengantarkan kita hingga ke pusara.

Istri pertama yang sering tersia-sia dan teraniaya adalah AMAL SHALIH kita. Kita lupa mencukupkan kebutuhannya, lupa merawatnya, kita telantarkan demi memuaskan syahwat kita, mengejar harta kekayaan, dan menyenangkan saudara-saudara serta kawan-kawan. Padahal amal kita itulah yang akan setia menemani kita kelak dalam pusara.

Kawaand... Jika amal kita hari ini dirupakan menjadi manusia. Bagaimanakah gerangan raut dan perawakannya ???Apakah seperti tubuh ringkih yang kurus tidak terurus, atau sosok padat yang cantik terawat ???

Akhirnya kita berdo’a kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala agar kita diberikan Khusnul Khatimah...

Sumber : Majalah Qiblati

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun