Sudah umur berapa kita saat ini? Apa saja yang sudah kita lakukan? Baikkah itu dimata Tuhan? Sudah, tidak usah dipikirkan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita dan bagaimana kita menyikapinya. Tapi, masa iya semudah itu melupakan, ya nggak sih?
Nah, sudah hampir 8 tahun ini, saya bergelut dengan penyakit autoimun saya. Sebut saja, Lupus. Sebenarnya ada beberapa lagi, tapi namanya tidak begitu familiar dengan awam. Ada fase dimana saat pertama kali didiagnosa Lupus, saya dan keluarga bingung bukan kepalang. Penyakit jenis apa ini?
Karena, ini pertama kalinya dikeluarga besar kami, ada penyakit ini, maka semua juga masih meraba metode pengobatannya. Berbeda dengan penyakit jantung, hipertensi dan kanker yang sebelumnya dikeluarga besar, sudah ada yang terdiagnosa.
Namun, tetap saja, pengobatan yang sudah teruji klinis dan konsistensi terapi medis menjadi jawaban mutlak agar bisa menjadi stabil. Ya, karena ini penyakit kronis, yang bisa dilakukan adalah "berteman" dengan penyakitnya.
Saat sedang ramai di kepala dengan segala bentuk pertanyaan "mengapa saya yang mengidap penyakit ini Tuhan?", saya disadarkan oleh teguran dari dokter yang merawat saya. Beliau mengatakan , "harapan hidup dengan penyakit kronis lebih panjang dan memungkinkan untuk bertahan dalam umur yang lebih lama".
Baiklah, berarti Tuhan bukan "menghukum" saya, tetapi Tuhan ingin agar saya bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi keluarga dan sekitar saya.
Bukankah manusia memang diharapkan agar bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik disepanjang umurnya bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H