Mohon tunggu...
Zuraini Basyar
Zuraini Basyar Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

menulis untuk berbagi info dan pengalaman.\r\n\r\nmenulis juga di zurainibasyar.wordpress.com.\r\n\r\ntwitter: @zuraini_basyar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Makanan Berlebih di Le Meredien

24 Juli 2013   13:29 Diperbarui: 4 April 2017   17:35 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Le Meredien. Hmm, apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama hotel berbintang ini? Mungkin Anda seperti teman saya, yang segera mengasosiasikan nama hotel ini dengan AF. Teman saya ini dengan nada bercanda menanyakan kepada resepsionis dimana kamar tempat tertangkapnya AF dan teman kencannya. Yang dijawab dengan senyuman manis oleh gadis cantik si resepsionis.

Tapi kali ini saya tidak membahas kisah tentang AF. Saya ingin bercerita tentang makanan yang disediakan hotel Le Meredien.

Jelang bulan Ramadhan lalu, kantor saya mengadakan seminar nasional di hotel ini. Jumlah undangan 300 orang. Acara berlangsung hingga sore hari. Seperti lazimnya sebuah acara yang sampai sore, panitia memesan makan siang dan dua kali snack untuk pagi dan sore. Jumlah pesanan tentu sebanyak yang diundang ditambah jumlah panitia.

Yang datang memang sekitar 300 orang, mungkin kurang sedikit. Usai acara, panitia agak terkejut karena banyak sekali makanan yang tersisa. Sajian snack pagi dan makan siang masih tersisa banyak, sepertinya porsi makan para undangan hanya sedikit. Tapi sajian snack sore lebih banyak lagi yang belum tersentuh, ini mungkin karena sebagian peserta ada yang pulang setelah makan siang.

Makanan itu masih terletak di meja prasmanan. Macam-macam jenisnya mulai dari makanan berat seperti nasi dan lauk-pauknya hingga kue-kue, puding dan aneka buah. Ya...seperti makanan pesta. Menggiurkan.

Ketentuan hotel adalah sisa makanan harus dibuang. Karyawan hotel tidak diizinkan untuk membawa pulang makanan. Makanan lezat dan berlimpah seperti itu tentu sayang kalau harus berakhir tragis di tempat sampah. Lagipula, mengapa kita harus membuang makanan padahal begitu banyak orang yang kelaparan di sekitar kita. Selain itu, membuang makanan juga mencemari lingkungan.

******

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), setiap tahunnya sekitar 1,3 milyar ton makanan terbuang. Di waktu yang sama, satu dari setiap tujuh orang di dunia menderita kelaparan dan lebih dari 20.000 balita mati kelaparan setiap hari. Semoga kita ingat fakta ini bila ingin membuang makanan. Sepiring atau bahkan sedikit makanan yang akan kita buang sangat berarti bagi manusia lain, dewasa maupun anak-anak, yang kehidupannya begitu sulit hingga tak mampu memperoleh makanan.

Dan tidak hanya itu, makanan yang dibuang dan membusuk di tempat sampah akan menciptakan gas metana.Sifat metana adalah 23 kali lebih kuat daripada C02 dalam menyumbang pembentukan emisi gas rumah kaca. Kalau emisi gas rumah rumah kaca meningkat, maka meningkatlah suhu rata-rata bumi kita. Karenanya, membuang makanan berarti berkontribusi pada peningkatan pemanasan global.

Bersamaan dengan makanan yang terbuang itu, lenyap pula semua sumber daya dan input yang digunakan dalam produksinya. Misalnya, untuk memproduksi satu liter susu dibutuhkan sekitar seribu liter air. Hah? Banyak sekali? Ya benar, jumlah air sebanyak itu dihitung mulai dari keperluan minum ternak, air untuk membersihkan kandang,  air untuk membersihkan peralatan kandang dan makanan. Air juga dibutuhkan untuk melembabkan kandang agar ternak merasa lebih nyaman bila cuaca panas.

Banyak sekali terjadi pemborosan dengan membuang makanan, belum lagi kalau kita memasukkan pula pemborosan konsumsi bahan bakar di segi transportasi penyimpanan dan pendistribusian bahan makanan.

*******

Kembali lagi ke makanan di hotel tadi.Panitia meminta karyawan hotel agar membungkuskan semua makanan yang berlebih. Makanan kering seperti kue-kue dikemas dalam kotak kertas, makanan yang mengandung kuah dikemas dalam plastik, (masih pakai plastik, tapi dicoba seminimal mungkin). Makanan yang sudah dikemas itu kemudian dibagi-bagikan kepada semua panitia untuk dibawa pulang. Apakah nanti makanan itu akan dimakan bersama keluarga di rumah atau diberikan lagi kepada yang membutuhkan, terserah masing-masing orang. Yang penting, tidak terjadi pemborosan dan tidak mencemari lingkungan.

Mumpung masih Ramadhan, bulan dimana kita belajar rendah hati, mencoba merasakan beratnya rasa lapar yang diderita mereka yang tidak mampu, mudah-mudahan kita mampu menjadi pribadi yang sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Menghindari pemborosan, cinta lingkungan, dan semoga juga bisa berbagi. Semoga...

zrn, 24072013

tulisan ini mudah-mudahan jadi pengingat diri sendiri bila terlupa ingin membuang makanan.

Referensi: ini dan ini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun