Sudah maghrib ketika saya sampai di rumah. Baru saja membuka pintu dan mengucapkan salam, si Bungsu sudah menyambut saya dengan pertanyaan, “Ma, kuda...kuda apa yang bikin kita capek?” katanya sambil tersenyum lebar.
“Hmm, apa ya...? Waduh, Mama nggak tahu Dek,“ saya menjawab sambil mencuci tangan di wastafel.
“Kudaki gunung sambil jongkok.”
“Hahaha...bener juga ya...capek.”
Setelah mengeringkan tangan, saya ajak Adek duduk di sofa di sisi saya. Lengan kiri saya lingkarkan ke punggung Adek, sambil menciumi rambutnya. Kangen rasanya setelah seharian tidak ketemu. Saat berangkat ke kantor di pagi hari, Adek masih tidur. Tapi biasanya, saya sempatkan untuk menelepon di siang hari. Senja ini, walaupun rasa capek masih sangat terasa, saya sempatkan untuk ngobrol-ngobrol sejenak sebelum melakukan aktivitas lain.
“Lagi ya Ma. BMW jadi murah kalau diapain?
“Diapain ya..., ini plesetan lagi ya Nak?” tanya saya. Akhir-akhir ini jagoan saya yang berumur 6 tahun ini memang suka main kata-kata yang diplesetkan.
“Hehehe..., iya,” matanya berkedip-kedip lucu.
“Mama nyerah deh...susah amat ya tebakannya.”
“Kalau huruf W-nya diganti dengan huruf X.”
“Hahaha..., jadi sepeda ya Dek...”
Adek ikut tertawa riuh, senang sekali tampaknya berhasil “mengerjai” mamanya.
“Ok Ma, satu lagi ya. Kali...kali apa yang bikin kita nggak bisa lihat.”
“Waduh, apa ya...” Saya pura-pura berpikir. Kalau yang ini saya sudah pernah dengar sebelumnya.
“Mama nyerah...?” Adek bertanya penuh harap agar mamanya menyerah.
“Iya deh, mama nyerah...” Saya tak tega membuat harapannya melebur.
“Kalingan tembok Ma...”
“Hahaha...betul juga ya.” Kami tertawa bersama-sama.
“Nah, sekarang giliran Mama yang ngasih tebakan ya?” kata saya.
Adek mengangguk, mengizinkan.
“Kali...kali apa di rumah ini yang bisa bikin mama papa nggak bisa nonton tv?”, kata saya menirukan tebakannya.
“Kali apa Ma? Masa kalingan tembok lagi?” ia bertanya dengan serius.
“Bukan, Sayang. Tapi kalingan kepala Adek.”
“Hahaha...gara-gara Adek suka nempelin kepala Adek ke muka mama papa ya?”
Adek kelihatan senang membayangkan ulahnya saat menonton tv. Ia sering minta dipangku saat menonton film kartun kesayangannya. Saat dipangku, ia akan menempelkan kepalanya tepat diwajah mama atau wajah papanya sehingga kami tidak bisa ikut menonton. Kadang tempelan kepala itu disertai dengan tekanan yang kuat pada hidung kami, membuat kami sulit bernafas.
“Sudah dulu tebak-tebakannya ya Nak...saatnya Mama siap-siap untuk sholat magrib,” saya pamit beranjak ke kamar mandi.
Lumayan, tebak-tebakan petang ini saya dapat skor 1 :-). Hati terasa riang. Cukup hal-hal yang ringan seperti ini telah membuat saya bahagia. Terima kasih Adek tersayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H