Mohon tunggu...
Zuraini Basyar
Zuraini Basyar Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

menulis untuk berbagi info dan pengalaman.\r\n\r\nmenulis juga di zurainibasyar.wordpress.com.\r\n\r\ntwitter: @zuraini_basyar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Putus Tali Bra sampai Nyaris Pingsan

2 Maret 2014   02:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:20 2063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judulnya rada ekstrim dan heboh ya?  Tapi itu kejadian nyata lho.  Tempat kejadiannya di gerbong khusus wanita kereta commuterline (CL) jurusan Bekasi – Jakarta. Begini kejadiannya:

Pagi itu, sejak dari Bekasi gerbong khusus wanita sudah penuh sesak penumpang. Mereka yang berdiri sudah nyaris berhimpitan, sementara yang bisa duduk, kondisinya agak lumayan meski duduk berdesakan.

Tiba di  stasiun berikutnya, Stasiun Kranji, serombongan penumpang berebutan naik. Dorong-dorongan pun terjadi. Penumpang paling depan yang mau naik didorong oleh penumpang di belakangnya. Merasa didorong, ia juga mendorong penumpang yang sudah di dalam gerbong agar bisa naik. Sebaliknya mereka yang di dalam gerbong dan merasa tergencet, juga mendorong mereka yang mau naik. Sakit badan, sakit pinggang, dan sakit kaki akibat dorong-dorongan sudah jamak dirasakan para penumpang, bahkan di antara mereka ada yang terjatuh.

Terdengar himbauan dari petugas stasiun:  “Penumpang yang mau naik agar tidak memaksakan diri, demi keselamatan Anda dan kita semua.” Himbauan itu disampaikan berkali-kali. Tapi, tiada yang peduli. Seorang ibu malah menjawab,” Kalau nggak maksain, kita nggak nyampe kantor Pak.” Yang diiyakan oleh beberapa penumpang lainnya.

Di tengah desak-desakan, terdengar teriakan nyaring, “Aduuuhhh, putus tali BH gue,”.  Mendengarnya, sebenarnya kasihan juga. Tapi teriakan ini direspon dengan gemuruh tawa geli (bercampur miris) penumpang lainnya. Tidak jelas juga apakah benar putus atau cuma becanda.  Kalau benar putus, apa karena pas dorong-dorongan ada yang (nggak) sengaja menarik talinya? Memangnya bisa buat pegangan? :-D. Kalau benar putus, jelas paniklah yang bersangkutan. Yang jelas teriakan penumpang tadi membuat suasana di gerbong wanita menjadi sedikit cair, meredakan stress ibu-ibu yang sudah berhimpitan.

Setelah berkali-kali kali pintu gerbong gagal ditutup akibat sesaknya penumpang, akhirnya pintu berhasil  ditutup, dan CL siap berangkat kembali. Sebagian penumpang tidak terangkut. Di stasiun berikutnya, Stasiun Cakung, CL berhenti lagi.  Di sini lebih banyak lagi penumpang yang akan naik. Kejadian dorong-dorongan pun berulang. Meski di Kranji  sebagian tidak dapat terangkut, di Cakung sejumlah penumpang berhasil menyelipkan dirinya masuk ke gerbong.

Suasana sudah sangat tidak nyaman. AC di kereta tidak lagi terasa dingin, yang terasa hanya angin. Penumpang yang berdiri bahkan ada yang hanya dapat menapakkan satu kakinya ke lantai kereta. Kaki yang satunya cuma bisa jinjit.  Ada yang bilang bahwa “kakinya tertukar” dengan penumpang sebelahnya. Ada yang bilang badannya sudah miring, pinggang tidak bisa lurus karena terdesak. Sedangkan mereka yang duduk juga harus rela bila sebagian penumpang yang berdiri terpaksa menumpukan berat badannya kepada kaki mereka karena tidak kuat menahan dorongan.

Tiba-tiba ada yang berkata,”Tolong kasih duduk nih, ada yang mau pingsan.” Beberapa saat berlalu dengan beberapa kali himbauan, akhirnya seorang ibu berbaik hati memberikan tempat duduknya kepada seorang perempuan muda yang terlihat lemas dengan wajah pucat pasi. Perlu perjuangan juga buat perempuan muda itu untuk sampai ke tempat duduk saking padatnya penumpang.

CL kembali berangkat, dan berhenti lagi pada stasiun-stasiun berikutnya. Sejumlah penumpang memaksakan diri naik, sementara yang turun sangat sedikit. Tambah sesak lagi. Penumpang mulai banyak turun di Stasiun Jatinegara dan Stasiun Manggarai. Kepadatan penumpang baru benar-benar berkurang bila sudah sampai Stasiun Gondangdia. Masih banyak yang berdiri meski tidak lagi berhimpitan.

Begitulah parahnya situasi di kereta CL pada jam-jam sibuk.  Penumpang merasa tersiksa bagaikan ditumpuk seperti ikan sarden. Beragam reaksi terlontar dari penumpang, mulai dari keluhan, makian, desis kesakitan, bahkan dzikir pun terdengar di dalam CL.

Ada yang mencoba memaklumi kondisi tersebut asalkan CL tepat waktu, tidak berhenti di tengah jalan karena ditahan-tahan untuk memberikan kesempatan kereta dari luar kota lewat, dan bebas dari gangguan sinyal. Tapi kenyataannya, CL sering tidak tepat waktu,  sering ditahan, serta sering gangguan sinyal yang berakibat waktu tempuh menjadi molor menjadi dua sampai empat kali lipat dari yang seharusnya. Seorang penumpang mengatakan bahwa pernah dalam satu minggu, cuma dua kali CL yang tepat waktu, selebihnya terlambat. Tapi apa boleh buat, CL tetap menjadi pilihan utama mereka karena bila naik bus waktu tempuh bisa menjadi lebih lama lagi karena kondisi jalan yang macet berat.

Gangguan sinyal memang masalah yang sering dijadikan alasan keterlambatan kereta. Saking seringnya, begitu ada permohonan maaf yang disampaikan baik oleh petugas stasiun maupun oleh petugas dari kabin masinis, dijawab sinis oleh penumpang: Maaf, maaf mulu… atau Nanti aja lebaran maaf-maafan…

Siksaan ini tampaknya masih akan terus berlanjut selama PT. KAI tidak menambah gerbong dan rangkaian gerbong yang beroperasi pada jam-jam sibuk. Kabarnya setiap rangkaian akan ditambah dari delapan menjadi sepuluh gerbong untuk sekali jalan, walau belum pasti kapan direalisasikan.

Jadwal perjalanan juga harus ditambah artinya rangkaian gerbong yang beroperasi khusunya pada jam-jam sibuk ditambah. Untuk Bekasi – Jakarta misalnya, selang jadwal antar CL masih terlalu jauh. Saat ini, jadwal perjalanan pada pagi hari ada yang berselang 25 menit. Lamanya selang waktu ini, menyebabkan penumpukan penumpang.

Gangguan sinyal sudah sewajarnya diantisipasi lebih dini. Sejumlah penumpang menyatakan bahwa seharusnya PT. KAI sudah ada antisipasi terhadap gangguan sinyal kalau musim hujan sudah tiba. Menurut pengamatan mereka, kalau sudah hujan pasti ada gangguan sinyal.

Sejak PT. KAI menjalankan tarif progresif pada Juli 2013 lalu, terjadi lonjakan penumpang. Sebelum diterapkan tarif baru itu, jumlah penumpang berkisar 450 hingga 500 ribu per hari. Sesudah diterapkan, penumpang CL Jabodetabek mencapai 600 ribu orang per hari. Tahun ini, PT. KAI menargetkan 700 ribu penumpang per hari, sementara target di tahun 2019 adalah 1,2 juta penumpang per hari. Sebuah target yang tentunya harus diimbangi pelayanan yang prima dengan mengutamakan keselamatan dan kenyamanan penumpang serta peningkatan ketepatan waktu CL.

Sumber: ini dan ini

Tulisan terkait: Nyaris Terjepit Pintu Kereta

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun