Ah, sebenarnya saya tak berani berandai-andai untuk masalah yang satu ini. Tetapi jika mencermati kasus Cut Tari yang dengan mudahnya dimaafkan oleh sang suami, mengapa banyak anggota masyarakat menjadi begitu heboh karena keputusan tersebut?
[caption id="attachment_189682" align="alignright" width="285" caption="google image"][/caption]
Tak sedikit yang sibuk menyalahkan dan mencaci si suami, entah dibilang mempunyai utang budi, bahkan tega memfitnah dengan menyebutnya sebagai HOMO alias gay dan fitnah keji lainnya..Padahal, langkah apapun yang diambil beliau tetap saja masyarakat hanya bisa mencibir dan memvonis buruk.
Saya tidak mengidolakan suami Cut Tari, dan juga tidak membenarkan perbuatan maksiat istrinya. Biarlah itu menjadi urusan mereka dengan Tuhan.
Namun, yang bisa saya petik dari sikap seorang Johannes Joesoef Subrata, sungguh sangat kagum dan langka bisa berjiwa legowo seperti itu. Rasanya, orang-orang yang menghujat beliau pun belum tentu mampu bersikap begitu.
Dia adalah seorang muallaf (baru masuk Islam), tentunya ilmu agama dia masih dalam tahap âpenjajakanâ. Kenapa kita yang sudah lebih âkaratanâ dalam beragama bukan malah ikut menguatkan hatinya untuk tabah menghadapi musibah?
Intinya, jujur saya belum bisa ridho seperti pak Joesoef. Tak terbayangkan jika istri saya ataupun istri anda yang berzina, bagaimana reaksi kita? Bagaimana jika kita yang ada di posisi suami Cut Tari dan dicemooh habis-habisan oleh satu Negara?
Stop menggunjing orang lain. Hanya Allah yang berhak menghukum seseorang, kita cukup lebih mawas diri dalam membina anak dan keluarga agar tak terjerumus ke dalam lembah nista.
Salam Qripix
*Baca juga artikel lainnyaâĤ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI