Mohon tunggu...
Zuragan Qripix™
Zuragan Qripix™ Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Setiap ketikan yg dibuat kelak menjadi prasasti saat kita wafat.. So, tuliskan hal2 yg baik dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hancurkan Indonesia...

3 Juli 2010   18:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:07 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Judulnya bukan bermaksud untuk mengajak pesimis, tapi sebagai renungan bersama. Melihat realita bangsa ini, dari lapisan bawah (masyarakat) hingga paling atas (pejabat) selalu dipenuhi dengan kasus buruk yang silih berganti. Belum selesai berita lama diungkap secara tuntas, sudah timbul lagi yang baru, dan begitu terus. Entah jadi apa Indonesia 10 thn atau 20 thn ke depan bila generasi seperti 'terdidik' karena sering 'dipaksa' melihat tingkah pola negatif para pendahulunya.

Topik berita tak jauh dari seputar perzinahan, korupsi, teroris, pembantaian, dan lain sebagainya. Apakah sudah tidak ada lagi kabar baik tentang negeri ini? Ataukah memang berita kebaikan kalah menarik dibanding yang buruk? Hanya media dan masyarakat yang tau pasti jawabannya.

Gak perlu survey atau sensus, kita bisa melihat sendiri bagaimana derasnya bombardir media dan infotaiment memberitakan aib selebriti. Atau sinetron 'gak mutu' yang menghiasi layar kaca dan acara reality show yang penuh kepalsuan, serta juga tayangan kekerasan yang mengatasnamakan berita kriminal. Semua acara itu pasti mempunyai rating yang tinggi (baca: banyak pemirsanya). Secara tidak disadari semua tayangan tersebut adalah penghancuran karakter Indonesia dengan perlahan dan halus. Padahal Indonesia dikenal sebagai negara yang agamis, pluralis, dan memegang teguh kesopanan budaya timur. Berlawanan sekali, bukan?

Nah, itulah cerminan masyarakat kita baru dari segi tontonan televisi, belum dari bidang lainnya. Hipokrit, bergaya paling suci tapi hanya tampak di kulit. Senang menghujat tanpa mau meralat. Begitu juga dengan para pejabatnya, terus saling tuding dan menjatuhkan siapa yang paling bersalah. Tak ubahnya mirip cerita sinetron yang direkayasa. Mau sampai kapan?

Optimis mungkin tetap ada, tapi rasanya sukar untuk bangkit karena terkubur di lautan kemaksiatan dan kemunafikan. Benar Indonesia sudah merdeka dari penjajahan, tapi belum terbebas dari kedzoliman. Intinya, kita lagi-lagi hanya bisa membentengi diri dan keluarga dari kehancuran massal.

Semoga artikel ini bermanfaat, dan semoga saja Allah tak pernah bosan menjaga Indonesia.

Salam Qripix

Baca juga artikel lainnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun