Mohon tunggu...
Zunita Rafa Ayu Cintya
Zunita Rafa Ayu Cintya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis adalah caraku bercerita tanpa suara.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Melawan Hoaks dengan Literasi Informasi: Sinergi Psikologi dan Perpustakaan

22 Desember 2024   11:41 Diperbarui: 23 Desember 2024   00:34 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di era digital, arus informasi mengalir dengan cepat melalui media sosial, layanan komunikasi, dan berbagai platform daring lainnya. Situasi ini membawa manfaat besar dalam mempercepat penyebaran informasi di masyarakat. Sayangnya, tidak semua infromasi yang beredar dapat dipercaya. Hoaks dan misinformasi menjadi masalah besar yang mempengaruhi opini publik. Disinilah literasi informasi menjadi kunci dalam menghindari informasi palsu (Hoaks).

Hoaks memang bukan masalah baru. Tetapi, kecepatan peredaran berita hoaks meningkat di era digital ini dan hal ini menjadi tantangan bagi aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, politik, hingga hubungan sosial. Menurut survei Mayarakat Telematika Indonesia (2023), 78% masyarakat Indonesia pernah menerima informasi hoaks, terutama melaluo media sosial dan layanan komunikasi instan.  Banyak orang yang mudah mempercayai berita hoaks karena faktor emosional, seperti rasa takut, marah, atau simpati. Hal ini menunjukan bahwa ilmu psikologi juga berperan penting dalam pemahaman literasi informasi. Dengan adanya ilmu psikologi, dapat membantu kita memahami karakter seseorang yang mudah percaya pada hoaks. Selain karena faktor emosional dan bias kognitif, rasa aman juga memainkan peran besarnya. Conohnya, saat pandemi, kasus penyebaran hoaks tentang vaksin Covid-19 memicu ketakutan dan menurunkan tingkat vaksinasi masyarakat, penyebaran berita palsu tentang obat ajaib yang diracik dengan campuran ilmu hitam, lebih mudah dipercaya oleh masyarakat Indonesia, karena mereka mencari kepastian ditengah ketidakpastian. Beberapa kasus tersebut mennjukan rendahnya literasi informasi di masyarakat Indonesia.

Literasi informasi adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan kebutuhan informasi, mencari informasi yang relevan, mengevaluasi keaslian informasi, dan menggunakannya secara etis. Sederhananya, literasi informasi adalah kemampuan untuk mencari, memilah, dan menggunakan informasi secara bijak. Tanpa kemampuan ini, masyarakat cenderung mudah percaya pada informasi yang salah. Dengan demikian, literasi informasi menjadi sangat penting di era digital ini, dimana informasi begitu mudah diakses tetapi sulit diverifikasi. Sebagai sumber informasi terpercaya, perpustakaan juga berperan besar untuk meningkatkan literasi informasi dan membantu masyarakat melawan hoaks.

Dengan pendekatan psikologi, perpustakaan dapat merancang program literasi informasi yang mempertimbangkan aspek emosional dan kognitif pengguna. Misalnya, pustakawan dapat menggnakan metode storytelling atau visualisasi data untuk membantu masyarakat memahami informasi secara lebih mendalam. Untuk meningkatkan literasi informasi, perpustakaan juga dapat menerapkan beberapa strategi, seperti:

1. Kampanye edukasi, mengadakan seminar atau diskusi publik tentang bahaya hoaks.

2. Pemanfaatan teknologi, mengembangkan aplikasi atau situs web perpustakaan yang menyediakan panduan memeriksa fakta.

3. Pengguna media sosial, aktif menyebarkan informasi yang benar melalu platform digital untuk menjangkau generasi muda. 

Di tengah derasnya arus informasi digital, hoaks menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi dengan serius. Literasi informasi adalah kunci untuk membantu masyarakat bersikap lebih kritis dan cermat dalam menerima serta menyebarkan informasi. Perpustakaan memiliki peran sentral sebgai pelopor dalam meningkatkan literasi innformasi, membantu masyarakat membedakan fakta dan fiksi. Dengan strategi yang tepat, kolaborasi yang kuat, dan pendekatan psikologis masyarakat, perpustakaan dapat menjadi benteng melawan hoaks. Mari kita bersama-sama meningkatkan literasi informasi, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Jadilah masyarakat yang cerdas, kritis, bertanggung jawab dalam mengelola informasi, sehingga kita dapat membangun komunitas yang lebih tangguh menhghadapi derasnya arus informasi di era digital ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun