Seminggu setelah pernikahan Rani dan Doni, keduanya tetap tinggal bersama bapak mertua yang sudah tua. Mertuanya seorang kuli pasar yang dulu sewaktu muda biasa memanggul barang berat sehingga ketika tua, punggungnya agak bungkuk karena banyak menahan beban.
Kini Pak Kliwon, bapak Doni tinggal di rumah sendirian. Istrinya telah meninggal dunia lima tahun yang lalu karena sakit.
Rani memang bukan tipe perempuan yang manja, bahkan dari kecil sudah terbiasa hidup susah. Dia pekerja keras, hampir semua waktunya habis untuk bekerja. Setelah sampai di rumah dalam kondisi yang cukup lelah.
Pernikahannya dengan Doni memulai kehidupan dari nol. Betul-betul nol, belum memiliki apa pun. Kini mereka tinggal bersama Pak Kliwon yang sering sakit-sakitan.
"Mas, sebenarnya aku pingin ngomong sesuatu," kata Rani membuka percakapan malam itu sehabis makan malam bersama.
Rani mengajak Doni suaminya ke ruang depan yang jauh dari pendengaran mertuanya. Takut seandainya percakapannya diketahui Pak Kliwon.
"Dah, mau ngomong apa, Ran?"
"Ini Mas. Apa kita gak ngontrak rumah saja. Aku ingin sekali punya rumah sendiri, gak ada campur tangan dari orang tua. Ya latihan mandiri gitulah," pinta Rani pada Doni.
"Hm, Ran, kita itu sekarang mesti berbakti pada orang tua. Ada bapak di rumah sudah tua, kadang malah sakit-sakitan, apa tega jika bapak harus mencukupi kebutuhannya sendiri dalam kondisi yang renta seperti itu," jelas Doni pada istrinya.
"Tapi aku ingin misah saja, Â Mas. Besok jika sudah punya anak kontrak saja ya," pinta Rani meminta belas kasihan suaminya.
"Aku tidak tega Ran, lihat Bapak sendiri di rumah."