Dokter Adi merupakan salah satu dokter umum yang terkenal di kota kecil itu. Pasiennya selalu antre, mulai jam buka praktik sore, hingga malam hari. Pelayanannya selalu bagus dan ramah, membuat pasien selalu kembali padanya bila merasa ada keluhan sakit di badan. Banyak pasien yang merasa cocok dengan pelayanannya.
Saat ini, dokter Adi sedang membangun sebuah rumah. Di sekitar rumah baru yang dimiliki dokter Adi tersimpan beberapa benda kuno dan antik. Rumah tersebut terletak di pinggiran kampung dan berdekatan dengan rumpun bambu. Oleh dokter Adi, rumah itu sengaja belum digunakan sebagai tempat tinggal, karena menunggu sampai selesainya renovasi. Ada cerita cukup unik berkaitan dengan rumah baru itu.
Suatu malam, seorang laki-laki langganan dokter Adi mengeluhkan sakitnya. Dia pun bermaksud periksa ke dokter Adi. Di tengah jalan, dia mendapat informasi dari seseorang yang mengatakan bahwa dokter Adi sekarang buka praktik di rumah barunya. Bergegas pria tersebut menuju rumah baru milik dokter Adi.
Pintu gerbang rumah tersebut terbuka lebar. Segera pria itu masuk, memarkir sepeda motornya, dan bergegas ke dalam mejuju ruang praktik dokter Adi. Kedatangan pria itu disambut dokter Adi dengan ramah.
"Mari, Pak. Apa keluhannya?" sapa dokter Adi ramah seperti biasanya, setelah pria itu duduk di kursi kayu berhadapan dengan dokter muda tersebut.
Pria itu pun menyampaikan beberapa keluhan sakit di tubuhnya. Dokter itu pun memberikan isyarat agar pasiennya segera berbaring di tempat yang sudah disediakan. Aroma wangi melati pun menguar di ruang praktik tersebut.
Dokter Adi mengambil alat untuk memeriksa tekanan darah pasiennya.
Tanpa banyak tanya, pasien menuruti perintah dokter. Namun di hati terdalam banyak terselip tanya.
Kok tangannya terasa sangat dingin, batin pria tersebut ketika tidak sengaja menyenggol tangan dokter Adi.
Beberapa saat kemudian, dokter itu pun memberikan obat dan aturan pakainya.
"Ini, Pak, diminum teratur, ya, semoga lekas sembuh," kata dokter Adi sambil memberikan bungkusan obat.