Hari yang panas  dan cukup melelahkan. Ingin rasanya segera sampai di rumah. Menyelonjorkan kaki atau rebahan menghilangkan penat setelah seharian berada di ruang tertutup dan hanya duduk. Namun rupanya keinginanku belum kesampaian untuk bersantai ria.
Baru saja aku letakkan tas dan barang belanjaan untuk masak nanti malam, terdengar suara ketukan pintu depan. Aku sangat  berharap  yang datang bukan tamuku, tapi tamu tetangga.Â
Kulihat dari ruang depan lewat kaca jendela, tampak dua orang perempuan berseragam hitam putih bersepatu tipis dan dandanan sederhana. Aku segera ke kamar untuk berganti pakaian. Gerah sekali rasanya. Lagi pula pakaianku sudah bau keringat karena seharian  kupakai untuk bekerja.
Beberapa kali pintu rumahku diketuk.
"Ya, sebentar," jawabku dari dalam sambil memakai kaos kesukaanku. Entah mengapa, aku merasa lebih nyaman memakai kaos daripada daster bila di rumah. Mungkin terbawa sifat tomboyku waktu muda.
Buru-buru aku bukakan pintu. Aku lupa dengan warning Pak RT agar jangan sembarangan menerima tamu. Ada aturan khusus di RT-ku jika ada promosi atau penawaran produk, harus lapor RT dan meminta izin pada pemerintah setempat.
Tamu aku suruh masuk saja. Ah, biarlah sesekali melanggar aturan RT, pikirku dalam hati.
Aku mempersilakan kedua tamuku untuk masuk dan duduk di kursi  tamu yang sudah agak rusak karena kucingku suka menggaruk-garukkan kukunya di kursi tersebut. Malu juga sebenarnya punya kursi rusak, tetapi aku akan menggantinya juga belum mampu membeli. Maklum saja,  gajiku  dan suami kecil, kadang juga belum satu bulan sudah habis.
Tamu segera memperkenalkan diri, dan berbasa-basi sebentar denganku.
"Maaf, Bu, kami dari perusahaan bla-bla, Â ingin menawarkan satu produk."
Tamu itu pun memberikan semacam brosur padaku. Kucoba baca-baca brosur pemberiannya. Sebenarnya aku pun tidak paham dengan produk yang dia tawarkan, karena konsentrasiku hanya pada bantal dan kasur. Ingin segera rebahan, itu saja.