Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Nakal (2)

18 Oktober 2020   19:14 Diperbarui: 18 Oktober 2020   19:21 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam makin larut. Suara katak  yang dari awal Isya tadi bernyanyi, selarut ini pun belum lelah berdendang, mungkin sedang  show. Arya masih serius di depan laptop menyelesaikan tugas yang harus dikumpulkan besok. Mata dan raga yang tidak sinkron sangat terlihat pada raut muka  Arya yang sudah kuyu. Fisik dan mental betul-betul lelah, tetapi , dipaksakannya juga demi nilai yang memuaskan.

Rasa kantuk yang mendera dan perut  yang sedari tadi protes, sungguh sudah tidak dapat ditoleransi lagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Arya terpaksa harus bergerilya memenuhi hasrat perutnya.

Dapur menjadi sasaran utama. Sebungkus mie instan, kobis,  telur bebek  dan sendok sayur  telah siap di depan kompor. Air liurnya hampir menetes karena kelaparan. Seperti pesan ibunya sebelum tidur, jika membuat mie instan, memakai panci yang tegantung  pada deretan panci dan tutupnya. Arya sedikit paham masalah dapur, karena sering membantu  ketika ibunya memasak di dapur.

Lelaki itu  mengambil panci berisi air  lalu diletakkan di atas kompor.  Dia pun kembali menyiapkan mie instan, yang  dibukanya dengan gunting. Ketika Arya mulai memasak mie instan, sendok sayur yang telah  diletakkan di dekat kompor  tiba-tiba saja menghilang. Akhirnya Arya cukup memakai sendok biasa ketika mengaduk mie instan.  Satu mangkuk mie instan plus telur pun siap disantap.

Hilangnya sendok sayur yang tiba-tiba masih menjadi  pertanyaan bagi  Arya.

"Aneh sekali. Hilang ke mana sendok sayur itu?" tanya Arya dalam hati.

Keesokan hari, Arya menemui ibunya, dan menyampaikan peristiwa aneh yang tadi malam dialaminya.

Ibu Arya hanya tersenyum. Teringat sekian tahun yang lalu peristiwa yang hampir sama juga menimpa dirinya. Saat di dalam kamar mandi, siap untuk mengambil air, gayung yang tadi diletakkan di pinggir bak mandi, tiba-tiba saja menghilang. Padahal di rumah saat itu tidak ada siapa pun.  Akhirnya Ibu Arya terpaksa harus memakai handuk dan mencari gayung lain. Setelah keluar dari kamar mandi, gayung itu pun kembali lagi.

"Ibu tidak terlalu heran dengan peristiwa yang kau alami. Ibu dulu juga pernah dikerjain makhluk halus. Mungkin maksudnya mengajak bercanda."

"Hah, makhluk halus?" tanya  Arya sampai mendelik.

"Ya, begitulah, hantu juga ada yang ingin bercanda ...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun