Tersebutlah Muhdi, lelaki yang pekerjaannya mencari ikan di sungai. Tiap malam selepas Isya, dia mencari ikan di sungai yang terkenal airnya jenih, ikannya pun banyak.
Mencari ikan menjadi mata pencahariannya. Dia mencari ikan dengan cara yang sangat sederhana dan tardisional. Jadi tidak menggunakan strum atau listrik serta hal yang dilarang pemerintah.
Berapa pun penghasilannya sebagai pencari ikan dia syukuri. Keluarganya pun tidak pernah protes terhadap hasil yang didapatkan setiap hari.
Seperti biasa, Muhdi bersiap  mencari ikan malam itu. Kebetulan malam Jumat. Muhdi biasanya  mencari ikan sampai tengah malam atau menjelang pagi. Tergantung hasil yang didapatkan. Jika sudah dirasa cukup, maka dia pulang.
Entah mengapa malam itu, Muhdi mengalami kesialan. Sepanjang malam, tak satu ikan pun dia dapatkan. Â Dia hampir saja putus asa. Bila tidak teringat pesan guru ngajinya dulu, pasti dia sudah kembali dengan tangan hampa.
"Duh, ya Allah,  mengapa tidak kau berikan  hasil padaku malam ini. Keluargaku harus makan apa jika tidak ada seekor ikan pun yang berhasil kutangkap?" keluh Muhdi pada dirinya sendiri.
Baru menjelang tengah malam, tiba-tiba, jaringnya bergerak-gerak. Seekor ikan gabus  yang agak besar berhasil ditangkap Muhdi. Muhdi pun merasa lega. Keluhannya kali ini benar-benar didengarkan Allah.
"Alhamdulillah, ya Allah terima kasih, telah Kau berikan rezeki padaku dan keluargaku malam ini."
Muhdi pun kembali ke rumah.
Esok paginya, seperti biasa, dia ke pasar ingin menjual  hasil tangkapannya.
Ikan gabus itu ternyata masih hidup. Beberapa kali Muhdi menawarkan ikan gabusnya pada pengunjung pasar.